Semua orang dilahirkan merdeka dan mempunyai martabat dan hak-hak yang sama. Mereka dikaruniai akal dan hati nurani dan hendaknya bergaul satu sama lain dalam semangat persaudaraan.
Alih aksara:
Kabéh jelema ti sabet lahirna gén geus bébas jeung boga martabat eujeung hak-hak anu sarua. Maranéhna génan dibéré akal eujeung haté nurani, kanjat jang gaul jeung batur jiga ka dulur.
Perbendaharaan kata dalam bahasa Sunda Ciamis yang beberapa di antaranya tergolong divergen salah satunya diakibatkan oleh adanya keragaman kebahasaan di daerah Ciamis yang hal ini sebagai konsekuensi oleh letak geografis Kabupaten Ciamis yang dikelilingi oleh kabupaten-kabupaten dan daerah lain yang secara kebahasaan dianggap berbeda, di sebelah barat laut, timur laut, barat daya keadaan geografisnya bergunung-gunung, kemudian dataran rendah berupa rawa di sebelah timur (tengah dan selatan), keadaan jalan raya yang membelah dan membuka Ciamis ke barat ke Tasikmalaya, serta ke timur ke perbatasan provinsi.[10]
Pengantar
Gambaran umum
Secara geografis, Kabupaten Ciamis (juga mencakup Kota Banjar & Kabupaten Pangandaran) dikelilingi oleh kabupaten-kabupaten yang memiliki ciri pemakaian bahasa yang berbeda-beda. Kabupaten Tasikmalaya di sebelah barat dianggap sebagai peralihan bahasa Sunda dialek Parahyangan. Kabupaten Majalengka dan Kuningan di sebelah utara dianggap sebagai daerah dialek bahasa Sunda yang berbeda dengan bahasa Sunda dialek Priangan yaitu bahasa Sunda Majalengka dan bahasa Sunda Kuningan. Area di sebelah timur yang merupakan provinsi lain adalah daerah penuturan bahasa lain yang bukan bahasa Sunda. Kondisi geografis yang seperti inilah yang memunculkan dugaan adanya pengaruh terhadap pemakaian bahasa Sunda di Kabupaten Ciamis.[13] Kondisi kependudukan yang ada di Kabupaten Ciamis juga menunjukkan kompleksitas yang tinggi, sehingga dengan kenyataan tersebut menegaskan kembali adanya kemungkinan persinggungan dua buah bahasa atau lebih, kemudian melahirkan keadaan yang apabila dipandang dari sisi sosiokultural dan lingual juga menjadi semakin kompleks.[14]
Ciamis sebagai suatu kesatuan geografis juga kemungkinan memperlihatkan kekhasan pemakaian bahasa tertentu sehingga sering terdengar orang awam di kalangan masyarakat Sunda menyebut ada yang disebut "bahasa Sunda dialek Ciamis".[c][13][10] Bila dikaji lebih lanjut, bahasa Sunda dialek di daerah Kabupaten Ciamis juga memiliki berbagai persebaran variasi linguistik berupa sub-dialek yang dapat dijabarkan mulai dari sub-dialek bahasa Sunda Ciamis Timur-Tengah, sub-dialek bahasa Sunda Ciamis Barat, dan sub-dialek bahasa Sunda Ciamis Tenggara.[15] Pola bahasa seperti itu berkaitan dengan adanya pemaknaan istilah-istilah juga ciri khas logat yang membuatnya berbeda dengan bahasa Sunda pada umumnya di tempat lain.[11]
Artikel ini akan menjelaskan pemerian bahasa Sunda Ciamis yang menyangkut dengan hal-hal seperti, bunyi-bunyi bahasa, pemakaian unsur-unsur khas, variasi kebahasaan yang terikat dengan kewilayahan, pengaruh dari bahasa asing, dan beberapa gejala bahasa lainnya.[13]
Sisi historis
Berdasarkan sisi kesejarahannya, kemunculan bahasa Sunda—terutama dalam ragam tulis—di Kabupaten Ciamis dimulai dengan adanya beberapa buah prasasti yang menggunakan bahasa Sunda Kuno dan aksara Sunda Kuno,[16][17] beberapa di antaranya adalah sekumpulan Prasasti Kawali yang berjumlah sebanyak enam buah prasasti dan diperkirakan berasal dari abad ke-14—angka tahun pembuatan prasasti ini tidak tertulis secara spesifik, tetapi dapat diperkirakan melalui nama raja yang disebutkan sedang memerintah pada waktu itu yaitu Prabu Raja Wastu (Niskala Wastu Kancana)[18]—kini prasasti tersebut berada di situs Astana Gede, Desa Kawali, Kecamatan Kawali.[19] Prasasti ini ditulis di atas batu alam dengan berbagai posisi dan menggunakan varian aksara Sunda Kuno yang khusus ditemukan di daerah Kawali tersebut. Adapun bila ditilik secara keseluruhan, prasasti-prasasti di Kabupaten Ciamis sendiri berasal dari abad ke-12 sampai abad ke-16, tetapi beberapa di antaranya tidak menggunakan bahasa Sunda.[20][21]
Kemunculan prasasti di Kabupaten Ciamis tersebut secara umum menunjukkan adanya perkembangan budaya tulis di antara masyarakat Sunda, terutama yang berasal dari masa pemerintahan raja-raja yang memerintah di Kerajaan Sunda yang terkadang berpusat di Pajajaran maupun di Kawali.[22][23] Sehingga dengan demikian, wilayah Kabupaten Ciamis merupakan salah satu tempat penting dalam hal kebudayaan termasuk bahasa dan kondisi kemasyarakatan yang sudah berlangsung sejak lama, hal ini juga didukung dengan adanya beberapa tinggalan arkeologis lainnya.[23]
Kondisi masa kini
Pemertahanan penggunaan bahasa Sunda di era modern merupakan salah satu sikap berbahasa yang di dalamnya terdapat peranan para penuturnya dari berbagai generasi, termasuk di sini ialah pemertahanan yang dilakukan oleh generasi milenial di Kabupaten Ciamis, menurut penelitian yang dilakukan oleh Wagiati, Darmayanti & Zein (2022), pemertahanan tersebut bisa dikategorikan baik.[24] Hal ini tidak terlepas dari penggunaan bahasa Sunda di Ciamis pada berbagai bidang atau ranah. Hampir semua ranah komunikasi memiliki intensitas penggunaan bahasa Sunda yang bervariasi, beberapa di antaranya pada ranah kekeluargaan, ketetanggaan, dan kekariban, ketiga ranah tersebut memiliki tingkat kedekatan yang tinggi, sehingga wajar apabila intensitas pemertahanan bahasa Sunda juga cukup tinggi. Sementara itu, pada ranah transaksi dan kehidupan bersosial lainnya seperti pendidikan dan pemerintahan, bahasa Sunda terindikasi jarang dipakai sebagai alat komunikasi, hal ini diakibatkan oleh faktor ketidaktahuan seorang penutur dengan petutur yang tidak mengenal secara personal karena perbedaan latar belakang ketika hendak menentukan bahasa apa yang akan digunakan untuk berkomunikasi, jika kedua belah pihak sudah mengetahui latar belakang masing-masing, misalnya sama-sama berlatar belakang berbahasa Sunda, maka yang akan dipakai tentunya adalah bahasa Sunda. Namun bila belum diketahui, maka bahasa Indonesia menjadi opsi terbaik.[25]
Bila pada bagian di atas sudah diketahui bagaimana situasi penggunaan bahasa Sunda pada ranah kekeluargaan, ketetanggaan, kekariban, dan juga transaksi, maka pada ranah pendidikan dan pemerintahan merupakan hal yang lain lagi. Dari sisi politis, bahasa Sunda adalah bahasa daerah, sedangkan bahasa Indonesia adalah bahasa nasional, maka posisi bahasa Indonesia secara formal ditetapkan menjadi bahasa pengantar yang memiliki prestise dalam dunia pemerintahan dan pendidikan, sedangkan eksistensi bahasa Sunda pada kedua ranah tersebut mengalami tekanan dan posisinya tergeser karena adanya politisasi bahasa tadi.[25]
Faktor-faktor lain yang cukup mempengaruhi pemertahanan bahasa Sunda di Kabupaten Ciamis ialah akibat kebijakan yang dijalankan pada masa Orde Baru yang kurang menghargai keberadaan bahasa daerah sehingga bahasa Sunda kurang mendapat ruang dalam kurikulum, spesifiknya dengan kurangnya pelajaran muatan lokal bahasa Sunda. Berikut adalah tabel yang menunjukkan bagaimana situasi penggunaan bahasa Sunda oleh kaum milenial di Kabupaten Ciamis dari keenam ranah yang sudah dibahas sebelumnya dengan menggunakan rata-rata berskala 0-20 dengan ketentuan skor 20=selalu, 10=kadang-kadang, dan 0=tidak pernah.[25]
Tabel penggunaan bahasa Sunda di Kabupaten Ciamis[25]
Nomor
Ranah komunikasi
Rata-rata
1
Kekeluargaan
16,11
2
Kekariban
15,33
3
Ketetanggaan
15,25
4
Transaksi
5,80
5
Pendidikan
5,50
6
Pemerintahan
7,33
Dari tabel di atas, bahasa Sunda relatif masih sering digunakan terutama dalam ranah kekeluargaan.[26] Bahasa Sunda di Kabupaten Ciamis menjadi bahasa pertama bagi mayoritas masyarakat sehingga mempengaruhi kekuatan pemertahanan, hal ini juga didorong oleh pengajaran bahasa Sunda di lingkungan keluarga yang diwariskan dari generasi ke generasi oleh orangtua kepada anak-anaknya. Anak-anak yang diajarkan bahasa Sunda juga merasa bahwa komunikasi dengan bahasa Sunda cukup menarik dan mudah dipahami.[27]
Klasifikasi
Seperti halnya dialek-dialek bahasa Sunda lainnya, bahasa Sunda Ciamis juga berada pada posisi tertentu dalam keseluruhan pengelompokan varian bahasa Sunda. Beberapa klasifikasi tersebut mempunyai skema yang berbeda-beda tergantung sumber referensi mana yang digunakan atau berdasarkan pendapat ahli yang berlainan. Contohnya, berdasarkan klasifikasi dari Glottolog 4.8, sebuah web yang menjadi pangkalan data bibliografi daring untuk pengklasifikasian bahasa-bahasa di seluruh dunia, bahasa Sunda Ciamis (dalam hal ini disebut sebagai dialek Ciamis) berada pada rumpun dialek Priangan yang juga memayungi empat dialek lainnya.[7] Sementara itu, berdasarkan rujukan dari salah seorang ahli bahasa asal Jerman Bernd Nothofer, bahasa Sunda dibagi menjadi enam dialek, termasuk dialek Ciamis di dalamnya yang juga disebut sebagai dialek Tenggara.
Bila melihat dari hasil penelitian Wahya (2002) mengenai usahanya dalam mengkaji unsur relik bahasa Sunda, ia membuat senarai mengenai perbandingan antar dialek bahasa Sunda, yang mencakup bahasa Sunda Banten, Bogor, Bekasi, Ciamis, Cirebon, dan Brebes, bahasa Sunda Ciamis ditempatkan langsung di bawah bahasa Sunda secara umum.[28] Namun, pada pengelompokkan dalam situs Observatorium Linguasfer, bahasa Sunda ditempatkan bersama bahasa Badui dalam sebuah rumpun bahasa yang diberi nama rumpun bahasa Sunda-Badui, posisi dialek Ciamis sendiri berada dalam bahasa Sunda dan disebut dengan nama ID sebagai 31-MFN-ag Sunda-SE, yang merujuk pada Southeast Sundanese alias bahasa Sunda dialek Tenggara.[29]
Penggunaan
Wilayah kebahasaan
Secara administratif, Kabupaten Ciamis berbatasan langsung dengan Provinsi Jawa Tengah di sebelah timur. Wilayah penggunaan bahasa Sunda selain di Kabupaten Ciamis, juga digunakan di wilayah Kabupaten Cilacap terutama di perbatasan Ciamis bagian timur sebelah utara yang bentuk wilayah penggunaannya menjorok ke dalam wilayah kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Cilacap (utamanya di Dayeuhluhur, Wanareja, Majenang, Cimanggu, dan Karangpucung).[31][32]
Menurut para penuturnya, bahasa Sunda Ciamis adalah bahasa baku karena dianggap memiliki pembakuan, otonomi, kesejarahan, dan vitalitasnya tersendiri, selain itu, para penuturnya menganggap bahwa bahasa Sunda mempunyai status yang tidak rendah. Seperti yang dibuktikan dengan penggunaan bahasa Sunda di Kabupaten Ciamis yang cukup intensif.[34]
Peranan bahasa
Sesuai dengan kedudukannya, bahasa Sunda Ciamis berperan sebagai bahasa daerah dan dianggap penting sekali hubungannya dengan fungsi bahasa Indonesia. Dalam berbagai situasi dan kepentingan, bahasa Sunda Ciamis selalu disesuaikan. Menurut pengamatan yang telah dilakukan, bahasa Sunda Ciamis dianggap sangat penting oleh para penuturnya, di samping bahasa Indonesia yang juga mempunyai peranan yang sama pentingnya dalam kehidupan para penutur tersebut.[35][36]
Tradisi sastra
Bahasa Sunda Ciamis digunakan dalam berbagai bentuk karya sastra, baik itu berupa sastra lisan, maupun sastra tulisan. Penggunaannya dapat dilihat dalam beberapa buah cerita rakyat yang diungkapkan menggunakan bahasa Sunda Ciamis.[37]
Contoh tokoh sastra yang kerap mempergunakan bahasa Sunda Ciamis dalam karya-karyanya adalah Ahmad Bakri, yang merupakan seorang sastrawan dari daerah Rancah, Ciamis.[38][39] Beberapa karya-karyanya dapat dilihat di Google Books seperti contohnya, Cécéndét Mandé Kiara, Jaman Cacing Dua Saduit, dan Cobék Belut. Tokoh lainnya seperti Godi Suwarna yang berasal dari Tasikmalaya dan menetap di Ciamis juga melakukan hal yang sama seperti dalam novel karangannya yang berjudul Sandékala.
Budaya populer
Dalam budaya populer, kosakata bahasa Sunda Ciamis sering diselipkan dalam beberapa konten YouTube buatan beberapa YouTuber seperti pada kanal Apil yang kerap melakukan penyulihan suara dari video berbahasa asing ke dalam bahasa Sunda, juga ada kanal Tukang Baceo yang sering membuat versi kover lagu-lagu terkenal dalam bahasa Sunda.
Galeri
Di bawah ini adalah beberapa contoh pantun dalam bahasa Sunda yang dibumbui dengan leksikon-leksikon khas dialek Ciamis dengan berbagai macam tema.
Pantun-pantun berbahasa Sunda Ciamis dalam poster digital
Pantun yang memperingatkan untuk tidak terlalu berlebihan dalam bercanda
Pantun tentang pentingnya berpikir kritis
Pantun pendidikan tentang perlunya belajar sejak dini
Pantun yang menyarankan agar orang-orang jangan terlalu sering berutang
Fonologi
Fonologi yang ditemukan pada bahasa Sunda Ciamis tidak menunjukkan adanya perbedaan dengan fonologi bahasa Sunda standar. Deskripsi di bawah mengacu pada keterangan oleh Prawiraatmaja et al. (1979).
Konsonan letus pada posisi akhir tidak dilepas.[47]
Konsonan /c/, /j/, sengau /ɳ/, serta vokal /ə/ tidak terdapat pada posisi akhir.[47]
Konsonan /k/ pada posisi akhir diucapkan jelas, tidak dilepas dan tidak berupa hamzah (glotal).[47]
Bunyi hamzah /ʔ/ pada awal kata yang dimulai dengan vokal, pada tengah kata di antara dua vokal yang sejenis, dan pada akhir kata dengan suku terbuka tidak bersifat fonemis.[47]
Gugus konsonan
Gugus konsonan yang dimiliki oleh bahasa Sunda Ciamis berupa konsonan letus yang diikuti oleh /r/, /l/, atau /y/, dan konsonan /s/ yang diikuti /r/ atau /l/. Di bawah ini dijabarkan beberapa contohnya[48]
pr
:
ʔamprok
:
berjumpa
pl
:
caplakʡ
:
alat pertanian
py
:
ampyaŋ
:
(panganan)
br
:
dɔbrah
:
bobol
bl
:
ʔɔblɔkʡ
:
sejenis bakul
by
:
ʔubyagʡ
:
umum
tr
:
kɔntraŋ
:
sejenis keranjang
dr
:
balɛndraŋ
:
sayur sisa
kr
:
ŋankriŋ
:
taluan lesung (waktu hendak selamatan)
kl
:
klandiŋan
:
petai cina
gr
:
jagragʡ
:
tersedia
gl
:
səglɔŋ
:
telan
cr
:
kancraʔ
:
ikan mas
cl
:
clɔbɛkan
:
petak sawah kecil
jr
:
gajrugʡ
:
gapai
jl
:
gajləŋ
:
lompat
sr
:
sraŋɛŋɛʔ
:
matahari
Kontras konsonan dan vokal
Dalam wilayah ucapan dicurigai adanya beberapa kontras konsonan dan vokal yang di antaranya:[49]
/p : t/
paraʔ : taraʔ
:
langit-langit : tak pernah
/c : k/
dicanduŋ : dikanduŋ
:
dimadu : dikandung
/b : d/
bukaʔ : dukaʔ
:
buka : tidak tahu
/j : g/
jəroʔ : gəroʔ
:
dalam : panggil
/s : h/
panas : panah
:
panas : panah
/m : n/
manah : nanah
:
hati : nanah
/l : r/
lanjaŋ : ranjaŋ
:
gadis : tempat tidur
/w : y/
ʔawi : ʔayi
:
bambu : adik
/i : u/
ʔirit : ʔirut
:
hemat : tarik
/ɤ : u/
tɤtɤp : tutup
:
tatap : tutup
/ɛ : ə/
sɛrah : sərah
:
bulir padi : serah
/a : ɔ/
jagaʔ : jagoʔ
:
kelak : jago
Unsur-unsur khas
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Prawiraatmaja, Suriamiharja & Hidayat dalam buku Geografi Dialek Bahasa Sunda di Kabupaten Ciamis(1979), ditemukan adanya unsur-unsur yang khas dipergunakan di wilayah Kabupaten Ciamis, juga di dalam buku Kamus Basa Sunda(2006) karya R.A. Danadibrata, tercatat beberapa entri yang memuat kosakata khas yang digunakan di wilayah Ciamis,[50] unsur-unsur tersebut dijabarkan di bawah ini.[51][52][53]
Selain unsur-unsur leksikal yang dihasilkan oleh inovasi internal maupun eksternal seperti pada tabel di atas, ada pula kosakata yang terdapat dalam kedua dialek (Sunda Priangan & Sunda Ciamis), tetapi memiliki makna yang berbeda, seperti contohnya isukan dalam dialek Priangan bermakna "besok", sementara dalam dialek Ciamis bermakna "kapan-kapan", "besok" sendiri dalam bahasa Sunda Ciamis adalah isuk, contoh lainnya adalah ngaruy yang dalam dialek Ciamis bermakna "gerimis", sementara dalam dialek Priangan bermakna "mengeluarkan air liur yang tak terbendung karena berhasrat ingin menghabiskan makanan".[91][92] Beberapa partikel juga khas digunakan di wilayah Ciamis, seperti beu 'berikanlah padaku' dan jih 'ih'.
Unsur morfologis
Unsur khas yang ditemukan dalam tataran leksikal di antaranya yaitu:[91]
ka-(A)/sing ka-(A) = sing (A) dalam bahasa Sunda Standar.[94]
Variasi kebahasaan
Berdasarkan daerah kebahasaannya, kekhasan bahasa Sunda Ciamis juga dapat dibagi lagi ke dalam beberapa sub-wilayah, seperti daerah utara dan daerah selatan. Perbandingan kekhasan daerah utara dan selatan tersebut dapat dijabarkan di bawah ini.[95]
Di daerah pesisir seperti Pangandaran, bahasa Sunda memiliki beberapa variasi lagi yang berkenaan dengan lafal, bentuk kata, dan arti. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Afsari & Muhtadin (2019) dalam jurnal kebahasaan Pustaka,[111] ditemukan adanya perbedaan fonologis, perbedaan morfologis, perbedaan semantis, dan perbedaan onomasiologis, seperti yang dijabarkan di bawah ini.[112][113][114]
Adanya gejala-gejala dalam bahasa Sunda Ciamis menimbulkan perbedaan bunyi yang menciptakan variasi berupa sinonoim atau kata-kata yang maknanya sama tetapi bunyinya berbeda. Gejala-gejala tersebut dijabarkan di bawah ini.[124]
^Kebenaran pendapat umum ini masih harus terus dibuktikan, antara lain dengan meneliti kekhasan kebahasaan di kabupaten-kabupaten dan daerah sekeliling Kabupaten Ciamis, dan kemudian membandingkannya dengan kekhasan kebahasaan di daerah Ciamis yang telah dikemukakan.
^Contoh penggunaan unsur ini terdapat pada kata pakbeledug 'berbunyi beledug', bandingkan dengan bentuk bahasa Sunda baku ngabeledug.
^Kata tangkar di daerah Pangadaran digunakan untuk menyatakan tulangsapi, sedangkan dalam bahasa Sunda Priangan, tangkar digunakan untuk menyatakan tulang hewan yang masih muda atau lunak, seperti tulang telinga dan tulang iga pada burung.
^Unsur ka di sini bukan merupakan awalan karena ka berhadapan dengan kata benda. Dalam bahasa Sunda tidak ada ka awalan yang diikuti kata benda.
^Kata saladah 'selada' dan aɛr 'air' diduga menjadi asal dari kata ini.
^"UNESCO Interactive Atlas of the World's Languages in Danger" (dalam bahasa bahasa Inggris, Prancis, Spanyol, Rusia, and Tionghoa). UNESCO. 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 April 2022. Diakses tanggal 26 Juni 2011.Pemeliharaan CS1: Bahasa yang tidak diketahui (link)
^"UNESCO Atlas of the World's Languages in Danger" (PDF) (dalam bahasa Inggris). UNESCO. 2010. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 31 Mei 2022. Diakses tanggal 31 Mei 2022.
^ abcdefghijklmnopqrstuvwxyzPrawiraatmaja et al. (1979), hlm. 64.
^ abcdefghijklmnopqrsPrawiraatmaja et al. (1979), hlm. 67.
^ abcdefghijklmnopqrstuvwxyPrawiraatmaja et al. (1979), hlm. 68.
^ abcdePrawiraatmaja et al. (1979), hlm. 69.
Bibliografi
Afsari, A.S.; Muhtadin, T. (2019). "Variasi Bahasa Sunda di Daerah Pesisir Jabar Selatan". Pustaka: Jurnal Ilmu-Ilmu Budaya. 19 (1): 13–16. doi:10.24843/PJIIB.2019.v19.i01.p03 . ISSN 2528-7516.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Badan Pusat Statistik Kabupaten Ciamis (2020). "Kabupaten Ciamis Dalam Angka 2020" (pdf). www.ciamiskab.bps.go.id. Diakses tanggal 10 November 2020.
Dalby, D. (1999). The linguasphere register of the world's languages and speech communities. 1. Wales: Gwasg y Byd Iaith (Cymru). hlm. 225–300. ISBN 978-0-9532919-1-5. OCLC 44777487.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Danadibrata, R.A. (2006). Kamus basa Sunda. Bandung: Diterbitkan atas kerjasama dengan Kiblat Buku Utama dan Universitas Padjadjaran. ISBN 979-3631-91-0. OCLC 607505727.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Eriga, B. (2016). Efektivitas Komunikasi Interpersonal Menggunakan Dua Bahasa Yang Berbeda Di Desa Maruyungsari Kecamatan Padaherang Kabupaten Pangandaran (Tesis S-1). Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto. http://repository.iainpurwokerto.ac.id/977/.
Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2022). "Ciamis". Glottolog 4.7. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History.Parameter |date-access= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Hidayat, E. (2014). Tindak Tutur Deklaratif Dalam Wacana Khotbah Jumat Bahasa Sunda Di Masjid Baiturrahman Desa Bener Kecamatan Majenang Kabupaten Cilacap (Tesis S-1). Universitas Muhammadiyah Surakarta. http://eprints.ums.ac.id/31582/.
Kementerian Dalam Negeri (2020). "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2020". www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 21 Agustus 2021.
Maarif, S. (2021). "Angka Pertumbuhan Penduduk di Pangandaran Menurun pada 2020". timesindonesia.co.id. Diakses tanggal 26 Desember 2021.
Nastiti, T.S.; Djafar, H. (2017). "Prasasti-Prasasti dari Masa Hindu-Buddha (Abad ke-12-16 Masehi) di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat". PURBAWIDYA: Jurnal Penelitian Dan Pengembangan Arkeologi. 5 (2): 101–116. doi:10.24164/pw.v5i2.115. OCLC 7181522611.
Prawiraatmaja, D.; Surimiharja, A.; Hidayat (1979). Geografi Dialek Bahasa Sunda di Kabupaten Ciamis. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. OCLC 248296391.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Rosidi, A. (2011). Badak Sunda dan Harimau Sunda Kegagalan Pelajaran Bahasa. Bandung: Dunia Pustaka Jaya. ISBN 9789794195727.Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Wagiati; Darmayanti, N.; Zein, D. (2021). "Dialektologi Perseptual Variasi Linguistik Bahasa Sunda Dialek Ciamis Provinsi Jawa Barat". Metalingua. 19 (1): 151–162. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-05. Diakses tanggal 2023-02-05.
———; Darmayanti, N.; Zein, D. (2022). "Sikap Berbahasa dan Peran Generasi Milenial terhadap Pemertahanan Bahasa Sunda di Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat". METAHUMANIORA - Jurnal Bahasa, Sastra, dan Budaya. 12 (3): 271–279. doi:10.24198/metahumaniora.v12i3.38650. ISSN 2085-4838.
Wahya (2002). "Sekilas Tentang Unsur Relik dalam Bahasa Sunda" (PDF). Sastra. Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran. 10 (1): 1–9.
——— (2018). "Model Penjelasan Lema Kosakata Dialek dalam Kamus Basa Sunda R. A. Danadibrata". Metahumaniora. 8 (2): 161–169. doi:10.24198/metahumaniora.v8i2 .Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Wahyuni, S. (2010). "Tarik-Menarik Bahasa Jawa Dialek Banyumas dan Bahasa Sunda di Perbatasan Jawa Tengah-Jawa Barat Bagian Selatan sebagai Sikap Pemertahanan Bahasa oleh Penutur". Seminar Nasional Pemertahanan Bahasa Nusantara: 70–77.
Widyastuti, T. (2017). "Bahasa Sunda Dialek Pangandaran di Kecamatan Sidamulih (Kajian Fonologis)". Lokabasa: Jurnal Kajian Bahasa, Sastra dan Budaya Daerah serta Pengajarannya. 8 (1): 101–111. doi:10.17509/jlb.v8i1.15971 .
Pranala luar
Lihat Kategori:Kata wewengkon ciamis di Wiktionary, kamus gratis.
Lihat Lampiran:Perbandingan Dialek Ciamis dan Priangan di Wiktionary, kamus gratis.
Wikimedia Commons memiliki media mengenai Ciamis Sundanese language.
Bahasa Sunda Ciamis
Lema khas Ciamis dalam entri kamus bahasa Sunda karya R.A. Danadibrata di Google Books
Ki Ganda dan Ki Sari Edisi Transliterasi Teks dan Terjemah, Wawacan berbahasa Sunda Ciamis
Rangga Maléla Cerita berbahasa Sunda Ciamis karya Olla S. Sumarnaputra.
Bajigur Kana Hénpon Kumpulan cerita berbahasa Sunda Ciamis yang dikompilasi oleh Wahyu Heriyadi
Pepeling pak ustadzCerita pendek berbahasa Sunda Ciamis dari seorang narablog (diarsipkan di sini)
Nganjang ka Imah Haji DamiriCerita pendek berbahasa Sunda Ciamis dari seorang narablog
Ciamis Mah Gak Ada [Khas Ciamis Pisan], sebuah video YouTube yang menjabarkan beberapa leksikon khas bahasa Sunda Ciamis
Bahasa Sunda Umum
Pedoman Ejaan Bahasa Sunda Yang Disempurnakan
Kamus Sunda-Indonesia Repositori Kemdikbud
Kamus Bahasa Sunda-Inggris oleh F.S. Eringa
Konverter Aksara Latin-Aksara Sunda di kairaga.com
Tabel Karakter Unicode Aksara Sunda di unicode-table.com