Kerajaan Tayan

Kerajaan Tayan

1780 (ada versi lainnya) - Sekarang
Wilayah zelfbestuur di Kalimantan Barat dan Tengah, termasuk Tayan, 1941.
Wilayah zelfbestuur di Kalimantan Barat dan Tengah, termasuk Tayan, 1941.
Ibu kota1. Teluk Kemilun
2. Rayan
3. Desa Pedalaman
Bahasa yang umum digunakanBahasa Melayu
Agama
Islam
PemerintahanMonarki
Pangeran
Panembahan[1]
 
• 178-1820 M
Gusti Kamaruddin (Pangeran Suma Yuda)
• 1944-1967 M
Gusti Ismail
• [[2012-Sekarang[2] 1963]] M
Gusti Yusri
Sejarah 
• Di dirikan
1780 (ada versi lainnya) - Sekarang
• vakum
- (45 tahun)
Sekarang bagian dari Indonesia
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini
Bagian dari seri mengenai
Sejarah Indonesia
Prasejarah
Manusia Jawa 1.000.000 BP
Manusia Flores 94.000–12.000 BP
Bencana alam Toba 75.000 BP
Kebudayaan Buni 400 SM
Kerajaan Kutai 400–1635
Kerajaan Tarumanagara 450–900
Kerajaan Kalingga 594–782
Kerajaan Melayu 671–1347
Kerajaan Sriwijaya 671–1028
Kerajaan Sunda 662–1579
Kerajaan Galuh 669–1482
Kerajaan Mataram 716–1016
Kerajaan Bali 914–1908
Kerajaan Kahuripan 1019–1045
Kerajaan Janggala 1045–1136
Kerajaan Kadiri 1045–1221
Kerajaan Singasari 1222–1292
Kerajaan Majapahit 1293–1478
Penyebaran Islam 800–1600
Kesultanan Peureulak 840–1292
Kerajaan Haru 1225–1613
Kesultanan Ternate 1257–1914
Kesultanan Samudera Pasai 1267–1521
Kerajaan Kaimana 1309–1963
Kesultanan Gowa 1320–1905
Kesultanan Limboto 1330–1863
Kerajaan Pagaruyung 1347–1833
Kesultanan Brunei 1368–1888
Kesultanan Gorontalo 1385–1878
Kesultanan Melaka 1405–1511
Kesultanan Sulu 1405–1851
Kesultanan Cirebon 1445–1677
Kesultanan Demak 1475–1554
Kesultanan Bolango 1482–1862
Kesultanan Aceh 1496–1903
Kesultanan Banten 1526–1813
Kesultanan Banjar 1526–1860
Kerajaan Kalinyamat 1527–1599
Kesultanan Johor 1528–1877
Kesultanan Pajang 1568–1586
Kesultanan Mataram 1586–1755
Kerajaan Fatagar 1600–1963
Kesultanan Bima 1620–1958
Kesultanan Sumbawa 1674–1958
Kesultanan Kasepuhan 1679–1815
Kesultanan Kanoman 1679–1815
Kesultanan Siak 1723–1945
Kesunanan Surakarta 1745–1946
Kesultanan Yogyakarta 1755–1945
Kesultanan Kacirebonan 1808–1815
Kesultanan Deli 1814–1946
Kesultanan Lingga 1824–1911
Kolonialisme Eropa
Portugis 1512–1850
VOC 1602–1800
Jeda kekuasaan Prancis dan Britania 1806–1815
Hindia Belanda 1800–1949
Kemunculan Indonesia
Kebangkitan Nasional 1908–1942
Pendudukan Jepang 1942–1945
Revolusi Nasional 1945–1949
Kemerdekaan
Hari Patriotik 23 Januari 1942 1942
Revolusi Nasional Indonesia 1945–1949
Masa Kemerdekaan 1945–1949
Republik Indonesia Serikat 1949–1950
Demokrasi Liberal 1950–1959
Demokrasi Terpimpin 1959–1965
Transisi 1965–1966
Orde Baru 1966–1998
Reformasi 1998–sekarang
Garis waktu
 Portal Indonesia
  • l
  • b
  • s
Keraton Kerajaan Tayan

Kerajaan Tayan adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Kecamatan Tayan Hilir, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia.[3] Pendiri kerajaan Tayan adalah putra Brawijaya dari Kerajaan Majapahit yang bernama Gusti Likar/Lekar.[4] Bersama dengan saudara-saudaranya, Gusti Likar meninggalkan Kerajaan Tanjungpura yang sering terlibat peperangan.[4] Pemerintahan kerajaan Tayan kemudian dipegang oleh Gusti Ramal bergelar Pangeran Marta Jaya Yuda Kesuma, putra Pangeran Mancar pendiri Kerajaan Meliau yang adalah kemenakan Gusti Likar.[5] Mula-mula ibu kota kerajaan berlokasi di Teluk Kemilun.[5]

Asal–usul nama Tayan

Terdapat berbagai versi penamaan Tayan, antara lain:[6]

  1. Asal kata TA artinya TANAH dan YAN artinya TAJAM (TANAH TAJAM).[6] Apakah ini dimaksudkan dengan kondisi tanah ujung Tanjung, disitu tempat mulai dibuka atau didirikan kota Tayan;[6]
  2. Asal kata TAI artinya BESAR dan AN artinya KOTA (KOTA BESAR).[6] Sebuah tempayan yang ditenggelamkan di muara Sungai Tayan sebagai tanda mulai berdirinya Kota Tayan.[6]

Sejarah

Kerajaan Tayan di dirikan oleh Gusti Lekar, anak kedua dari Panembahan Dikiri (Raja Matan).[7] sedangkan anaknya yang pertama bernama Duli Maulana Sultan Muhammad Syarifuidin, menggantikan ayahnya menjadi Raja Matan.[7] Sultan Muhammad Syarifudin adalah Raja pertama yang memeluk agama islam oleh tuan Syech Syamsuddin dan mendapat hadiah dari raja mekah sebuah Qur’an kecil dan sebentuk cincin bermata jamrut merah.[7] Kedatangan Gusti Lekar di Tayan semulanya untuk mengamankan upeti dari rakyat daerah itu kepada kerajaan matan, sebelumnya pembawa upeti tersebut selalu mendapat gangguan oleh seseorang yang mengatakan dirinya raja di kuala lebai.[7] untuk semuanya itu Gusti Lekar bersama seorang suku dayak bernama Kia Jaga dari Tebang berhasil mengamankan upeti tersebut sampai ke kerajaan Matan.[7]

Gusti Lekar wafat di makamkan di sebuah bukit dekat Kota Meliau, karena tempat atau bukit tersebut masih termasuk wilayah Kerajaan Tayan.[7] Dengan wafatnya Gusti Lekar ini, maka sebagai penggantinya menjadi raja di Tayan diangkatlah Gusti Gagok dengan gelar Pangeran Manca Ningrat, beristrikan Utin Halijah dan memperoleh seorang anak yang diberi nama Gusti Ramal.[7] sedangkan saudaranya yang lain, yaitu Gusti Manggar menjadi Raja di Meliau, Gusti Togok menjadi Raja di Sanggau dan Utin Peruan kawin dengan abang sebatang hari seorang pangeran di Embau Hulu Kapuas.[7]

Sejak itu ibu kota Kerajaan Tayan dipindahkan ke suatu tempat bernama Rayang.[7] Ditempat ini masih terdapat peninggalan berupa Makam Raja-raja dan sebuah meriam, yang konon atau menurut cerita meriam ini tidak mau dipindahkan ketempat lain dan pada saat-saat tertentu posisinya dapat berubah sendiri.[7] Dengan berakhirnya masa Kerajaan Tayan ini, status keraton dijadikan monumen peninggalan sejarah yang dilindungi (Monumen Ordonansi No. 238 tahun 1931) dan mendapat bantuan biaya pemeliharaan dari Pemerintahan Daerah TK I Kalimantan Barat.[7] Peninggalan sejarah lainnya yaitu sebuah Masjid Jami' yang letaknya kurang lebih 100 meter kearah Barat Keraton dan Makam Raja-raja serta puluhan meriam peninggalan VOC.[7]

Kerajaan Tayan pertama kali ditempatkan di daerah Tayan, setelah Gusti Lekar wafat dimakamkan disebuah bukit yang tidak jauh keberadaannya dari Kota Meliau, Kecamatan Meliau, Kabupaten Sanggau.[7] Gusti Lekar wafat dan digantikan oleh putranya yang bernama Gusti Gagok yang bergelar Manca Diningrat.[7] Kemudian Gusti Gagok memindahkan Ibu kota Kerajaan Tayan ke suatu tempat bernama Rayang.[7] Hingga saat ini kawasan Rayang masih didapati peninggalan Kerajaan Tayan berupa makam Raja-Raja beserta kerabat kerajaan di mana dikawasan tersebut ditandai keberadaan sebuah meriam.[7] Setelah Pangeran Mancadiningrat (Gusti Gagok) wafat, Raja Tayan diganti oleh anak pertamanya bernama Gusti Ramal yang bergelar Pangeran Marta Jaya Kusuma.[7]

Sejak pemerintahan Gusti Kamaruddin yang bergelar Pangeran Suma Yuda yang menggantikan ayahnya Gusti Ramal menjadi Raja tayan.[7] Dalam masa pemerinthannya itu, terjadi peperangan antara Kerajaan Tayan dengan Kerajaan Pontianak.[7] Kerajaan Sanggau dan orang-orang China dari wilayah Mentrado Bengkayang.[7] Setelah wafatnya Pangeran Suma Yuda (Panembahan Tua), diangkatlah anaknya yang bernama Gusti Mekkah yang kemudian bergelar Panembahan Natakusuma (Panembahan Muda).[7] Pada masa pemerintahan Natakusuma inilah tercatat bahwa dia yang mula-mula mengikat perjanjian dengan Nederland Indie Gouverment pada bulan November tahun 1822.[7]

Panembahan Natakusuma mangkat pada tahun 1825 dengan tidak meninggalkan seorang putra.[7] Maka yang menggantikan menjadi Raja Tayan adalah saudaranya Panembahan Tua yaitu Utin Belondo yang bergelar Ratu Utin Belondo (Ratu Tua) sedangkan yang menjalankan pemerintahan kerajaan adalah suaminya Gusti Hasan Pangeran Ratu kusuma dengan gelar Panembahan Mangku Negara Surya Kusuma.[7] Pada tahun 1855 Panembahan Mangku Negara Surya Kusuma wafat dan digantikan oleh anaknya yang bernama Gusti Inding yang bergelar sama dengan ayahnya.[7]

Dalam tahun 1858 oleh pemerintahan Belanda (Gouverment Hindia Belanda) gelar dia diganti menjadi Panembahan Anom Pakunegara Surya Kusuma.[7] Pada masa itu terjadi peperangan antara kerajaan Tayan dengan Kerajaan Landak (Ngabang).[7] Oleh karena dia sudah sangat tua, maka roda pemerintahannya diserahkan kepada adiknya yang bernama Gusti Karma.[7] Dia meninggal dunia pada tanggal 23 November 1873 (1290 H) di Batang Tarang.[7] Gusti Karma kemudian diangkat menjadi Raja Tayan dan diberi gelar Panembahan Adi Ningrat Kusuma Negara dan dia memerintah hingga tahun 1880 yang kemudian digantikan anaknya bernama Gusti Muhammad Ali disebut pula dengan nama Gusti Indung bergelar Panembahan Pakunegara Kusuma dinobatkan menjadi Raja tayan di Rayang.[7] Dia beristrikan Utin fatimah dan memperoleh 12 anak.[7]

Dalam masa pemerintahan dia, mengikat kontrak baru dengan pemerintahan belanda yaitu Akta Van Verband en Bekrachting di Rayang, 2 April 1880, Goedgekeurd 23 April 1883 Nomor 12.[7] Dalam masa pemerintahannya Ibu kota tempat kedudukan Raja dipindahkan dari Istana Rayang ke Tayan (berawal di kawasan Teluk Kemilun dan kemudian berpindah ke Desa Pedalaman hingga saat ini) dan sekaligus membangun istana/keraton baru yang dibangun oleh rakyat Tayan untuk Raja Tayan.[7] Keraton ini hingga pada saat ini masih berdiri dan ditempati oleh para ahli warisnya.[7] Pada tanggal 26 Februari 1890 oleh Gouverment Hindia Nederland, Kerajaan Meliau dimasukkan kedalam wilayah/daerah Kerajaan Tayan.[7] Panembahan Gusti Muhammad Ali memegang jabatan selama 15 tahun (1890 s/d 1905), dia wafat dan dimakamkan dikompleks Makam Raja-Raja Tayan di desa kawat.[7]

Sejak dipindahkan pusat kerajaan dari Rayang ke tempat yang baru, dan bertempat tinggal diistana/keraton tersebut telah sempat memerintah 4 orang Panembahan, yaitu:[7]

  1. Gusti Muhammad Ali (Panembahan Pakunegara Kusuma) 18751905 M;[7]
  2. Gusti Tamdjid (Panembahan Anom Pakunegara) 19051929 M;[7]
  3. Gusti Djafar (Panembahan Anom Adi Negara) 19291943 M;[7]
  4. Gusti Ismail (Panembahan Anom Pakunegara) 19461967.[7]

Zaman pemerintahan Gusti Ismail tetap menjadi Raja Tayan sampai pada masa pemerintahan Swapraja diserahkan pada tahun 1960.[7] Tetapi dia masih bekerja terus sebagai Wedana Tayan.[7] Dalam kedudukan sebagai Wedana Tayan, Gusti Ismail dipindahkan dan diperbantukan dikantor Bupati Kepala daerah Kabupaten Sanggau.[7] Sekarang bekas ibu kota Kerajaan Tayan menjadi Ibu kota Kecamatan Tayan Hilir, Kabupaten Sanggau.[7] Raja-raja tersebut dimakamkan di kompleks makam Raja-Raja Tayan, serta makam Utin Belondo atau Ratu Utin Belondo di desa Kawat.[7]

Daftar Panembahan Tayan

* 1780-1809: Suma Juda

* 1809-1825; regen: 1809-1822: Natu Kusuma

* 1823-1945: Protektorat belanda

* 1825-1828: Ratu Kusuma Surjanegara

* 1828-1854: Marta Surjakusuma (panembahan)

* 1854-1873: Anom Pakunegara Surjakusuma

* 1873-1880: Ratu Kusumanegara

* 1880-1905: Pakunegara Surjakusuma

* 1905-1929: Anom Pakunegara

* 1929-1944: Anom Adinegara (Gusti Dżapar)

* 1945-1960: Pakunegara (Gusti Ismail)

* 2012: Pada 26 Mei 2012 penobatan Raja XIV setelah vakum sejak tahun 1967 saat Raja XIII mangkat. Kevakuman Kerajaan Tayan akibat dari kekejaman Jepang.

Versi lainnya dari [[Gusti Ahmadi]]

Nomor Panembahan Anak Dari Berkuasa Keterangan
1. Gusti Lekar Gusti Dikiri Kusuma 1683-1718 Masehi
2. Gusti Gagok Gusti Lekar 1718 -1751
3. Gusti Ramal Gusti Gagok 1751 - 1780
4. Gusti Kamarudin Gusti Ramal 1780 - 1812
5. Gusti Mekah Gusti Kamarudin 1812 -1825
6. Gusti Repa Gusti Kamarudin 1825 - 1828
7. Utin Blondo Gusti Repa 1828 - 1855
8. Gusti Inding Ratu Utin Blondo 1855 - 1873
9. Gusti Karma Ratu Utin Blondo 1873 - 1880
10. Gusti Muhammad Ali Gusti Karma 1880 - 1905
11. Gusti Tamdjid Gusti Muhammad Ali 1905 - 1929
12. Gusti Dja'far Gusti Tamdjid 1929-1944
13. Gusti Ismail Gusti Tamdjid 1944 - 1967 siapa
14. Gusti Yusri Gusti Ismail 2012- Sekarang

[8]

Referensi

  1. ^ https://www.kompas.com/stori/read/2022/01/11/110000779/kerajaan-tayan-sejarah-raja-raja-dan-keruntuhan?amp=1&page=2
  2. ^ https://kalbar.antaranews.com/berita/303072/raja-tayan-yang-terlahir-kembali
  3. ^ data budaya[pranala nonaktif permanen] diakses 29 Maret 2015
  4. ^ a b Tayan diakses 29 maret 2015
  5. ^ a b kerajaan Tayan Kalimantan Barat Nobatkan Raja Baru Diarsipkan 2015-04-02 di Wayback Machine. diakses 29 maret 2015
  6. ^ a b c d e makalah sejarah kerajaan tayan diakses 29 maret 2015
  7. ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w x y z aa ab ac ad ae af ag ah ai aj ak al am an ao ap aq ar as at Morfologi kerajaan tayan diakses 29 maret 2015
  8. ^ https://kalbar.antaranews.com/berita/303072/raja-tayan-yang-terlahir-kembali
  • l
  • b
  • s
Kalimantan Barat
Nanga Bunut · Tanjungpura · Pontianak · Kubu · Sintang · Mempawah · Meliau · Sambas kuna · Sambas · Sanggau · Selimbau · Sekadau · Landak · Tayan · Piasak · Jongkong
Kalimantan Tengah
Kalimantan Selatan
Kalimantan Timur
Kalimantan Utara
Malaysia Timur dan Brunei