Bom Tahun Baru 2002

    • Jakarta Selatan, DKI Jakarta, dan
    • Palu, Sulawesi Tengah
Tanggal1 Januari 2002SenjataBahan peledak dan granatPelakuDr. Azahari dan Noordin M. Top (otak pelaku utama)
Bagian dari sebuah serial tentang
Penganiayaan Gereja
Katolik di era modern
Kekaisaran Romawi
Kekaisaran Bizantium
  • Demonstrasi Maspero
  • Eksodus Asiria dari Irak
  • Para Martir Jepang
  • Perang Cristero
  • Iniquis afflictisque
  • Acerba animasi
  • Santo-Santa
  • José Sánchez del Río
  • Anti-klerikalisme di Meksiko
  • Miguel Pro
  • Para Martir Perang Saudara Spanyol
  • Teror Merah
  • Dilektissima Nobis
  • Para Martir Turon
  • Para Martir Daimiel
  • Bartolomé Blanco
  • Innocencio Maria Imakulata
  • José María dari Manila
  • 233 Martir Spanyol
  • 498 Martir Spanyol
  • 522 Martir Spanyol
  • Penganiayaan Nazi terhadap Gereja Katolik di Jerman
  • Mit Brennender Sorge
  • Alfred Delp
  • Alois Grimm
  • Rupert Mayer
  • Bernhard Lichtenberg
  • Maks Josef Metzger
  • Karl Leisner
  • Erich Klausener
Kekerasan agama di Nigeria
  • James Coyle
  • Know Nothing
  • The Menace
  • Undang-Undang Pendidikan Wajib Oregon
    • Pierce v. Society of Sisters
  • Kerusuhan nativis Philadelphia
  • Kerusuhan Biara Ursulin
  • Pembakaran gereja Kanada tahun 2021
 Portal Katolik
  • l
  • b
  • s

Bom Tahun Baru 2002 adalah serangkaian peristiwa ledakan bom pada tanggal awal tahun 2002. Di Jakarta, bom granat yang digunakan dalam peristiwa tersebut meledak di depan rumah makan di daerah Jakarta Selatan pada pukul 3.30 WIB.[1][2][3][4][5] Sedangkan di Palu, Sulawesi Tengah, terjadi empat ledakan bom di empat gereja pada tanggal yang sama, di mana salah satunya terjadi pada pukul 9.30 WITA.[1][5] Dua orang gembong teroris asal Malaysia, Dr. Azahari dan Noordin M. Top (yang pernah melakukan aksi Pengeboman konsulat Filipina 2000, Bom Bursa Efek Jakarta, dan Bom Malam Natal 2000) merupakan otak pelaku utama, aktor intelektual dan dalang sesungguhnya dibalik peristiwa ini.

Dampak

Dampak meledaknya bom di Jakarta Selatan mengakibatkan dua orang mengalami luka berat dan dua mobil yang terletak tidak jauh dari lokasi bom meledak itu rusak.[2]

Sedangkan di Palu, ledakan bom terjadi di empat gereja: Gereja Kristen Indonesia di Jalan Pattimura, Gereja Advent di Jalan Setia Budi, Gereja Pantekosta Indonesia Eklesia di Jalan MH Thamrin, dan Gereja Pantekosta di Jalan Gajah Mada.[6] Dampak ledakan bom di Palu mengakibatkan seorang anggota polisi, Baratu Yani Afianto, menjadi korban saat ia dan timnya sedang berusaha menjinakkan bom tersebut.[6] Di Gereja Pantekosta Eklesia, ledakan bom tersebut mengakibatkan bangunan di depan gereja mengalami kerusakan dan getaran akibat ledakan tersebut menjalar hingga 20 meter.[6] Di Gereja Kristen Indonesia Maesa, ledakan bom tidak menimbulkan korban jiwa, tetapi dampak ledakan tersebut mengakibatkan beberapa pagar dan kaca bangunan di sekelilingnya rusak.[6]

Referensi

  1. ^ a b Saifullah, Muhammad (15 Oktober 2009). "Teroris Bangkit, Setelah "Tidur" 14 Tahun". Okezone.com. Diakses tanggal 15 Januari 2016. 
  2. ^ a b "Ledakan Bom Mewarnai Malam Pergantian Tahun". Liputan6.com. News Liputan6.com. 2 Januari 2002. Diakses tanggal 15 Januari 2016. 
  3. ^ Petualangan teror Dr. Azahari: berkawan dengan bom. Gramedia Pustaka Utama. 2005. hlm. 88. ISBN 978-979-22-2130-5. Diakses tanggal 15 Januari 2016. 
  4. ^ "Paketan Bom di Indonesia". Tempo.co. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-03-04. Diakses tanggal 15 Januari 2016. 
  5. ^ a b Fauzan Mukrim (1 Mei 2010). Mencari Tepi Langit. GagasMedia. hlm. 119. ISBN 978-979-780-411-4. Diakses tanggal 15 Januari 2016. 
  6. ^ a b c d "Kado Tahun Baru 2002 di Palu, Bom Meledak di Empat Gereja". gatra.com. 1 Januari 2002. Diakses tanggal 15 Januari 2016.