Dekret Presiden 5 Juli 1959

Pembacaan perintah Presiden di Istana Merdeka tahun 1959
Sebahagian daripada siri tentang
Sejarah Indonesia
Prasejarah
Manusia Jawa 1,000,000 BP
Manusia Flores 94,000–12,000 BP
Bencana alam Toba 75,000 BP
Kebudayaan Buni 400 SM
Kerajaan Hindu-Buddha
Kerajaan Salakanagara 130–362
Kerajaan Kutai 350–1605
Kerajaan Tarumanagara 358–669
Kerajaan Kalingga 500an–600an
Kerajaan Melayu 600an
Kerajaan Sriwijaya 600an–1025an
Kerajaan Kanjuruhan 700an
Wangsa Sailendra 800an–900an
Kerajaan Galuh 669–1482
Kerajaan Medang 752–1006
Kerajaan Bali 914–1908
Kerajaan Sunda 932–1579
Kerajaan Kahuripan 1006–1045
Kerajaan Janggala 1042–1136
Kerajaan Kadiri 1045–1222
Kerajaan Dharmasraya 1183–1347
Kerajaan Singasari 1222–1292
Kerajaan Majapahit 1293–1527
Kerajaan Islam
Penyebaran Islam di Indonesia 1200–1600
Kerajaan Aru 1225–1613
Kesultanan Ternate 1257–1914
Kesultanan Samudera Pasai 1267–1521
Kerajaan Pagaruyung 1347–1833
Kesultanan Brunei 1368–1888
Kesultanan Melaka 1405–1511
Kesultanan Sulu 1405–1851
Kesultanan Cirebon 1430–1677
Kesultanan Demak 1475–1554
Kesultanan Aceh 1496–1903
Kesultanan Banten 1526–1813
Kesultanan Kalinyamat 1527–1599
Kesultanan Pajang 1549–1587
Kesultanan Mataram 1558–1830
Kesultanan Kasepuhan 1679–1815
Kesultanan Kanoman 1679–1815
Kasunanan Kartasura 1680–1745
Kesultanan Siak 1725–1946
Kasunanan Surakarta 1745–1946
Kesultanan Yogyakarta 1755–1945
Kadipaten Mangkunegaran 1757–1946
Kadipaten Pakualaman 1813–1950
Kesultanan Deli 1814–1946
Kesultanan Riau-Lingga 1824–1911
Kerajaan Kristian
Kerajaan Larantuka 1515–1904
Kolonialisme Eropah
Portugis 1512–1850
VOC 1603–1800
Jeda kekuasaan Perancis dan Britania 1806–1815
Hindia Belanda
1800–1942
1945–1950
Kemunculan Indonesia
Kebangkitan Nasional Indonesia 1908–1942
Pendudukan Jepun di Hindia Belanda 1942–1945
Revolusi Nasional Indonesia 1945–1949
Kemerdekaan
Republik Indonesia Serikat 1949–1950
Demokrasi liberal 1950–1957
Demokrasi terpimpin 1957–1965
Transisi 1965–1966
Orde Baru 1966–1998
Reformasi 1998–sekarang
Ikon portal Portal Indonesia
  • l
  • b
  • s

Dekret Presiden 5 Juli 1959}} ialah sebuah dekri yang dikeluarkan oleh Sukarno, presiden Indonesia yang pertama, untuk membubarkan Badan Konstituante yang dibentuk melalui Pilihan Umum 1955, serta juga untuk mengembalikan Perlembagaan Republik Indonesia 1945 sebagai gantian untuk Perlembagaan Sementara 1950. Dekri itu disokong dengan sebulat suara oleh Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) pada 22 Julai 1959.

Latar belakang

Dekret Presiden 1959 dilatarbelakangi oleh kegagalan Badan Konstituante untuk menetapkan suatu undang-undang dasar baru sebagai pengganti Undang-Undang Dasar Sementara 1950. Anggota Konstituante mulai bersidang pada 10 November 1956, tetapi pada kenyataannya hingga tahun 1958 belum berhasil merumuskan UUD yang diharapkan. Sementara, di kalangan masyarakat pendapat-pendapat untuk kembali kepada Undang-Undang Dasar Republik 1945 semakin kuat. Dalam menanggapi hal itu, Presiden Ir. Soekarno lantas menyampaikan amanat di depan sidang Konstituante pada 22 April 1959 yang isinya menganjurkan untuk kembali ke UUD '45.

Pada hari 30 Mei 1959, Badan Konstituante melaksanakan pemungutan suara. Hasilnya 269 suara menyetujui UUD 1945 dan 199 suara tidak setuju. Meskipun yang menyatakan setuju lebih banyak, pemungutan suara ini harus diulang karena jumlah suara tidak memenuhi kuorum. Kuorum adalah jumlah minimum anggota yang harus hadir di rapat, majelis, dan sebagainya (biasanya lebih dari separuh jumlah anggota) agar dapat mengesahkan suatu putusan. Pemungutan suara kembali dilakukan pada tanggal 1 dan 2 Juni 1959. Dari pemungutan suara ini Konstituante juga gagal mencapai kuorum. Untuk meredam kemacetan, pada tanggal 3 Jun 1959 Konstituante mengadakan reses (masa rehat sidang parlimen; masa istirahat dari kegiatan bersidang) yang kemudian ternyata untuk selama-lamanya. Untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan, maka Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Letnan Jenderal A.H. Nasution atas nama Pemerintah/Penguasa Perang Pusat (Peperpu), mengeluarkan peraturan No.Prt/Peperpu/040/1959 yang berisi larangan melakukan kegiatan-kegiatan politik. Pada tanggal 16 Jun 1959, Ketua Umum PNI Suwirjo mengirimkan surat kepada Presiden agar mendekritkan berlakunya kembali UUD 1945 dan membubarkan Konstituante.

Pengeluaran perintah

Gagalnya konstituante melaksanakan tugasnya dan rentetan peristiwa politik dan keamanan yang mengguncangkan persatuan dan kesatuan bangsa mencapai klimaksnya pada bulan Jun 1959. Akhirnya demi keselamatan negara berdasarkan staatsnoodrecht (hukum keadaan bahaya bagi negara) pada hari Ahad tanggal 5 Julai 1959 pukul 17.00, Presiden Soekarno mengeluarkan dekret yang diumumkan dalam upacara resmi di Istana Merdeka. Berikut ini teks Dekret Presiden (ejaan sesuai aslinya):

Dekret di Bahasa Indonesia

DEKRET PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA/PANGLIMA TERTINGGI ANGKATAN PERANG

TENTANG

KEMBALI KEPADA UNDANG-UNDANG DASAR 1945
Dengan rachmat Tuhan Jang Maha Esa,
KAMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA/PANGLIMA TERTINGGI ANGKATAN PERANG

Dengan ini menjatakan dengan chidmat:

Bahwa andjuran Presiden dan Pemerintah untuk kembali kepada Undang-Undang Dasar 1945 jang disampaikan kepada segenap rakjat Indonesia dengan amanat Presiden pada tanggal 22 April 1959 tidak memperoleh keputusan dari Konstituante sebagaimana ditentukan dalam Undang-Undang Dasar Sementara;

Bahwa berhubung dengan pernjataan sebagian besar anggota-anggota Sidang Pembuat Undang-Undang Dasar untuk tidak lagi menghadiri sidang. Konstituante tidak mungkin lagi menjelesaikan tugas jang dipertjajakan oleh rakjat kepadanja;

Bahwa hal jang demikian menimbulkan keadaan-keadaan ketatanegaraan jang membahajakan persatuan dan keselamatan Negara, Nusa, dan Bangsa, serta merintangi pembangunan semesta untuk mencapai masjarakat jang adil makmur;

Bahwa dengan dukungan bagian terbesar rakjat Indonesia dan didorong oleh kejakinan kami sendiri, kami terpaksa menempuh satu-satunja djalan untuk menjelamatkan Negara Proklamasi;

Bahwa kami berkejakinan bahwa Piagam Djakarta tertanggal 22 Djuni 1945 mendjiwai Undang-Undang Dasar 1945 dan adalah merupakan suatu rangkaian kesatuan dengan Konstitusi tersebut,

Maka atas dasar-dasar tersebut di atas,

KAMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA/PANGLIMA TERTINGGI ANGKATAN PERANG

Menetapkan pembubaran Konstituante;

Menetapkan Undang-Undang Dasar 1945 berlaku lagi bagi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia terhitung mulai hari tanggal penetapan dekret ini dan tidak berlakunja lagi Undang-Undang Dasar Sementara.

Pembentukan Madjelis Permusjawaratan Rakyat Sementara, jang terdiri atas anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakjat ditambah dengan utusan dari daerah-daerah dan golongan-golongan serta pembentukan Dewan Pertimbangan Agung Sementara akan diselenggarakan dalam waktu sesingkat-singkatnja.

Ditetapkan di Djakarta pada tanggal 5 Djuli 1959
Atas nama Rakjat Indonesia
Presiden Republik Indonesia/Panglima Tertinggi Angkatan Perang

SOEKARNO


Dekret di Bahasa Malaysia

DEKRET PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA/PANGLIMA TERTINGGI ANGKATAN TENTARA

TENTANG

KEMBALI KEPADA PERLEMBAGAAN REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1945
Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa,
KAMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA/PANGLIMA TERTINGGI ANGKATAN TENTARA

Dengan ini menyatakan dengan hormat:

Bahawa usulan Presiden dan Pemerintahan untuk kembali ke Perlembagaan 1945 sebagaimana disampaikan kepada seluruh rakyat Indonesia dengan amanat Presiden bertarikh pada tanggal hari 22 April 1959 tidak menghasilkan keputusan dari Majlis Konstituen sebagaimana yang ditetapkan oleh Pelembagaan Sementara,

Bahawa dengan pengisytiharan majoriti anggota Sidang untuk menghasilkan Perlembagaan untuk tidak lagi menghadiri sesi, tidak mungkin bagi Majlis Konstituen untuk menyelesaikan tugas yang diamanahkan oleh rakyat;

Bahawa perkara itu menimbulkan syarat-syarat perlembagaan yang membahayakan perpaduan dan keselamatan Negara, Nusa dan Bangsa, dan menghalang pembangunan universal untuk mencapai masyarakat yang adil dan makmur;

Bahawasanya dengan sokongan majoriti rakyat Indonesia dan didorong oleh kepastian kita sendiri, kita terpaksa mengikuti satu-satunya jalan untuk menyelamatkan Negara yang Diisytiharkan;

Bahawa kita pasti bahawa Piagam Jakarta bertarikh pada tanggal hari 22 Jun 1945 mengilhami Perlembagaan 1945 dan merupakan sebahagian daripada rantai perpaduan dengan Perlembagaan yang disebutkan di atas.

Jadi berdasarkan perkara di atas:

KAMI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA/PANGLIMA TERTINGGI ANGKATAN TENTARA:

Selesaikan untuk memerintahkan pembubaran Majlis Konstituen,

Untuk menetapkan bahwa Perlembagaan 1945 berlaku lagi untuk semua rakyat Indonesia dan seluruh darah Indonesia sejak pada tanggal hari ditetapkannya keputusan ini dan tidak lagi berlaku untuk Perlembagaan Sementara,

Untuk memerintahkan pembentukan Majlis Musyawarah Rakyat Sementara, yang terdiri pada anggota-anggota Dewan Perwakilan Rakyat bersama dengan perwakilan dari daerah dan kumpulan, dengan penubuhan Majlis Penasihat Tertinggi Sementara yang akan diatur secepat mungkin.

Diselesaikan di Jakarta pada tanggal hari 5 Julai tahun 1959

Atas nama Rakyat Indonesia
Presiden Republik Indonesia/Panglima Tertinggi Angkatan Tentara

SOEKARNO


Nota


Rujukan

Pranala luar

  • (Indonesia) Dekret Presiden Oleh Alwi Shahab @ Republika.com
  • (Indonesia) Dekrit Presiden 5 Juli 1959
  • Yudhistira: 2007, Sejarah untuk SMP Kelas IX ISBN 978-979-019-140-2
  • Dekret Presiden 5 Juli 1959 (salinan)
  • l
  • b
  • s
Rencana Indonesia 
Sejarah
Geografi
  • Sempadan
  • Bandar
  • Rizab biospfera
  • Pembasmian hutan
  • Gempa bumi
  • Isu alam sekitar
  • Geologi
  • Pulau
  • Tasik
  • Gunung
  • Puncak tertinggi provinsi
  • Taman negara
  • Sejarah semula jadi
    • Fauna
    • Flora
  • Wilayah
  • Sungai
  • Gunung berapi
Politik
Ekonomi
Masyarakat
  • Jenayah
  • Pelacuran
Budaya
Demografi
Simbol
  • Kategori
  • Portal
  • Galeri
  • Atlas