Wisarga

Wisarga
Wignyan (Jawa); Bisah (Bali)
Aksara JawaAksara Bali
Letak penulisandi belakang aksara yang dilekatinya

Wisarga adalah sebuah kata dalam bahasa Sanskerta yang berarti "menyalurkan; melepaskan". Dalam fonologi bahasa Sanskerta (siksha), wisarga (juga disebut visarjanīya oleh ahli tata bahasa) adalah nama dari bunyi [h], ditulis <h> dalam IAST, <H> Harvard-Kyoto, <ः> dalam Dewanagari. Wisarga adalah alofon dari /r/ dan /s/ pada akhir sebuah ucapan.

Dalam aksara Bali, tanda wisarga ‹ः› disebut bisah, dan dalam aksara Jawa disebut wignyan. Dalam aksara Bali, ia dianggap sebagai salah satu pangangge tengenan yang melambangkan bunyi /ɦ/ atau /h/.

Bisah (wisarga) dalam aksara Bali

Bisah memberi efek agar suatu aksara wianjana mendapat desahan dari pengucapan huruf "H". Contohnya, kata "mara" bila dilekati oleh bisah maka menjadi "marah"; kata "basa" bila dilekati oleh bisah maka menjadi "basah"; kata "pisa" bila dilekati oleh bisah maka menjadi "pisah"; dll. Aturan ini dianjurkan agar tidak perlu memberi adeg-adeg pada aksara Ha.

Penggunaan

Di akhir kata

Bisah digunakan pada kata-kata yang mengandung bunyi /h/ pada akhir kata. Maka dari itu, ia ditulis pada akhir kata, tepatnya pada suku kata terakhir. Contoh kata yang mengandung bunyi /h/ pada suku kata terakhir, yaitu: "basah", "pisah", "asah", "desah", dll. Meskipun huruf Ha yang dilekati oleh adeg-adeg dapat dipakai untuk melambangkan bunyi /h/, penggunaan tanda bisah sangat dianjurkan, karena aturan penulisannya memang demikian.

Aksara Bali Ejaan dengan huruf Latin Keterangan
desah
desah
de - sa - h Penulisan kata "desah" yang benar dalam aksara Bali. Suku kata terakhir mendapat tanda bisah agar dibaca dengan desahan /h/.
desah
desah
de - sa - h Penulisan kata "desah" yang salah dalam aksara Bali. Huruf Ha tidak perlu dibubuhi dengan tanda adeg-adeg agar kata tersebut dibaca dengan desahan /h/. Dianjurkan menggunakan tanda bisah.

Bisah tidak boleh digunakan apabila hembusan /h/ terletak di tengah kata dan tidak diikuti oleh huruf konsonan. Sebagai gantinya digunakan huruf Ha untuk menggantikan bisah. Contohnya (dalam bahasa Bali) kata: "cihna", "jihwa", "Brahma", dan sebagainya. Namun ada pengecualian untuk kata duhka (bahasa Bali), yang berasal dari kata dur dan kha.

Suku kata yang sama

Bisah patut digunakan apabila ada suatu kata yang terdiri dari suku kata yang sama, dan suku kata tersebut mengandung bunyi /h/ yang tidak diikuti vokal /a/. Apabila kata tersebut diluluhkan menjadi kata kerja (bahasa Bali: kapolahang), tetap memakai bisah, meski suku katanya berubah karena peluluhan tersebut. Contoh (dalam bahasa Bali) kata: "cahcah" (jika diluluhkan menjadi "nyahcah"), "kohkoh" (jika diluluhkan menjadi "ngohkoh"), dan sebagainya. Huruf H (yang digarisbawahi) pada kata tersebut wajib diganti dengan bisah apabila disalin ke dalam aksara Bali.

Lihat pula

  • Ha
  • Adeg-adeg

Catatan kaki

Referensi

  • Tinggen, I Nengah. 1993. Pedoman Perubahan Ejaan Bahasa Bali dengan Huruf Latin dan Huruf Bali. Singaraja: UD. Rikha.
  • Surada, I Made. 2007. Kamus Sanskerta-Indonesia. Surabaya: Penerbit Paramitha.
  • l
  • b
  • s
Aksara Jawa
Aksara nglegena (20 aksara dasar)
Ha
Na
Ca
Ra
Ka
Da
Ta
Sa
Wa
La
Pa
Dha
Ja
Ya
Nya
Ma
Ga
Ba
Tha
Nga
8 Aksara murda
Na
Ka
Ta
Sa
Pa
Nya
Ga
Ba
Aksara swara
(5 aksara vokal)
dan 2 Aksara gantèn
A
I
U
E
O
 
Nga lelet
Pa cerek
Angka
1
2
3
4
5
6
7
8
9
0
 
Aksara tambahan
5 Aksara mahaprana
(arkais)
Sa
Dha
Ja
Tha
Da
 
7 Tidak digunakan
/ dipertentangkan
I Kawi
Ii (aksara Jawa)
Ka Sasak
Nga lelet Raswadi
Ca Murda
Nya Murda
Ai
 
Sandhangan (Tanda diakritik)
6 Sandhangan swara
(pembentuk vokal)
Wulu
Pepet
Suku
Taling
Tarung / raswadi
Cecak telu
 
4 Sandhangan panyigeg
(penutup suku kata)
Wignyan
ꦁ​
Cecak
Layar
Pangkon
 
3 Sandhangan wyanjana
(tengah suku kata)
ꦿ
Cakra
Cakra keret
Péngkal
 
5 Vokal pajang
(arkais)
Panyangga -ṃ
Wulu melik / dirga melik
Suku mendut / dirga mendut
Dirga mure
Tolong (aksara Jawa)
 
Pada (simbol)
8 Tanda baca
 
Adeg
Adeg-adeg
Pada lingsa
Pada lungsi
Pada pangkat
Pada luhur
Pada madya
Pada andhap
Kombinasi tanda baca
dan aksara
꧋꧐꧋
Pada guru
꧉꧐꧉
Pada pancak
꧅ꦧ꧀ꦕ꧅
Purwa pada
꧅ꦟ꧀ꦢꦿ꧅
Madya pada
꧅ꦆ꧅
Wasana pada
8 Hiasan dan simbol arkais
Rerenggan Pada piseleh Pada windu Pangrangkep Pada tirta tumetes Pada isen-isen
  • l
  • b
  • s
Aksara suara
(Vokal)
Warga Kanthya
(Konsonan
langit-langit belakang)
Ka
Ka
Kha
Ka mahaprana
Ga
Ga
Gha
Ga gora
Nga
Nga
Ha
Ha
 
Warga Talawya
(Konsonan langit-langit)
Ca
Ca
Cha
Ca laca
Ja
Ja
Jha
Ja jera
Nya
Nya
Sha
Sa saga
 
Warga Murdhanya
(Konsonan tarik-belakang)
Warga Dantya
(Konsonan gigi)
Ta
Ta
Tha
Ta tawa
Da
Da
Dha
Da madu
Na
Na
Sa
Sa danti
 
Warga Osthya
(Konsonan bibir)
Pa
Pa
Pha
Pa kapal
Ba
Ba
Bha
Ba kembang
Ma
Ma
 
Aksara ardhasuara
(Semivokal)
Ya
Ya
Ra
Ra
La
La
Wa
Wa
 
  • l
  • b
  • s
Pangangge (tanda diakritik)
Pangangge suara
(tanda vokalisasi)
a
Pepet
a
Tedung
i
Ulu
ī
Ulu sari
ṛ
Guwung macelek
u
Suku
ū
Suku ilut
e
Taling
ai
Taling detya
Pangangge tengenan
h
Bisah
r
Surang
ng
Cecek
-
Adeg-adeg
 
Pangangge aksara
(tanda semivokalisasi)
y
Nania
w
Suku kembung
r
Guwung
 
  • l
  • b
  • s
Ceciren ring babawosan (tanda baca)
 
,
Carik
.
Carik kalih
.
Pasalinan
:
Pamungkah
"
Idem
‘
Panten
“
Pamada