Tari Batin

Kecapi, seruling dan sitar pada relief Borobudur, foto c. 1890
Musik dari Indonesia
  • Garis waktu
  • Contoh
Jenis
  • Klasik
  • Daerah
  • Tradisional
  • Jazz
  • Hip hop
  • Pop
  • Rok
  • R&B
  • Keroncong
  • Dangdut
Bentuk khusus
Jawa
Media dan pertunjukan
Penghargaan musik
Tangga musik
Festival musik
Media musik
Billboard Indonesia
Rolling Stone Indonesia
MTV Indonesia
Musik nasional
Lagu kebangsaan
"Indonesia Raya"
Musik daerah
Bentuk lokal
Daerah lain
Daftar lagu daerah Indonesia
  • l
  • b
  • s

Tari Batin merupakan salah satu tari upacara adat yang berasal dari daerah Liwa, kecamatan Balik Bukit, kabupaten Lampung Barat. Arti kata Batin sendiri adalah suatu gelar kehormatan sehingga tarian ini hanya dipertunjukkan pada kegiatan tertentu yang bersifat ritual dan sakral di hadapan Saibatin (Sultan).[1]

Sejarah

Tari Batin telah ada sejak pra-kemerdekaan Republik Indonesia dan terus dipertahankan hingga sekarang. Tari ini diciptakan oleh almarhum istri Cakal Bakal Batu Brak, seorang Pangeran Batu Brak, Lampung Barat, nenek dari Bapak Pangeran Suhaimi Gelar Sultan Lela Muda Pangeran Raja Selalau Pemuka Agung Dengian Paksi[2]. Tarian ini pada awalnya hanya dipertunjukkan untuk penyambutan kedatangan mempelai keluarga raja-raja maupun kedatangan tamu agung kenegaraan hingga saat ini. Tari ini menjadi lambang maupun tanda keagungan adat (tradisi) di daerah Liwa, Batu Brak, Lampung Barat dan Krui di Kabupaten Lampung Barat ibu kota Liwa Provinsi Lampung, yang menunjukkan kebesaran dan kehormatan para Saibatin dalam upacara penyambutan keluarga mempelai raja-raja maupun para tamu agung kenegaraan.

Penari

Para penari Tari Batin merupakan putri-putri remaja, seorang sebagai Mulai Batin, tiga orang masing-masing sebagai pembawa payung kebesaran, pembawa pedang dan pembawa tempat sirih, ditambah empat orang sebagai dayang-dayang, sepasang (dua orang) di sebelah kiri dan sepasang lagi berada di sebelah kanan.[3]

Penyelenggaraan

Pertunjukkan Tari Batin diselenggarakan pada siang ataupun malam hari, dalam sebuah sesat (istana adat) atau tempat-tempat khusus yang telah disediakan. Lama pementasan tari ini kurang lebih sepuluh menit dengan alat pengiring gamolan. Pakaian penari terdiri atas:

  • Siger;
  • Baju kebaya panjang dari bahan beludur berhias;
  • Gajah Minung, semacam papan jajar atau bulan termanggal yang berbentuk Gajah Minung, unsur kelengkapan perhiasan Lampung Pesisir di daerah Liwa, Kecamatan Balik Bukti, Kabupaten Lampung Utara;
  • Tapis
  • Gelang Burung, Gelang Kano, Gelang Betulu dan Gelang Ruwi.

Gerakan

Pembagian adegan Tari Batin dan gerakannya adalah:

  1. Pada awalnya terdapat empat orang dayang-dayang masuk ke panggung sambil menari dengan posisi memanjang. Dasar gerak tangan: ngakladai yakni gerak tangan menirukan sayap-sayap burung elang yang sedang melayang-layang
  2. Kemudian datang empat orang penari lagi, sambil menari membawa pedang, tempat sirih dan payung; mengiringi seorang Putri Mahkota atau Muai Batin, yang lalu duduk di sebuah tempat yang telah disediakan, dan setelah menerima tempat sirih selanjutnya menari mempersembahkan sekapur sirih kepada seorang tamu yang diagungkan.
  3. Penutup: semua penari kembali, ke luar panggung, lepas dari pandangan penonton.

Referensi

  1. ^ "Tari Batin Kisah Kerajaan Keritang – ujiansma.com". ujiansma.com (dalam bahasa Inggris). 2014-02-04. Diakses tanggal 2018-01-30. 
  2. ^ https://radarcom.id/2020/06/02/tinta-emas-kiprah-pangeran-suhaimi-kakek-3-jenderal-polisi-mengabdi-untuk-negara-dan-adat-istiadat/
  3. ^ Ensiklopedi Tari Indonesia. Jakarta. 1981. hlm. 78–80.