Ronggeng Pasaman

Ronggeng Pasaman merupakan salah satu kesenian rakyat yang berkembang di Pasaman barat dan Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat.[1]

Kesenian Ronggeng ini merupakan warisan budaya dari Nagari Muaro Kiawai, Pasaman Barat yang mengacu pada tarian ronggeng jawa.

Kesenian Ronggeng Pasaman, dipentaskan dalam bentuk tradisi lisan yang dikolaborasikan dengan pantun rakyat serta diiringi oleh musik dan tarian. Fungsi dari kesenian ini adalah, sebagai sarana hiburan. Ronggeng Pasaman dipentaskan dalam acara adat seperti, pergantian kepala nagari. Sedangkan untuk acara hiburan. seperti, perkawinan, khitanan, turun mandi anak, dan acara pesta lainnya. Pertunjukan kesenian Ronggeng Pasaman biasanya dipentaskan di lapangan terbuka dan dilakukan pada malam hari, dengan perhitungan durasi ± 6 jam.

Pementasan

Unsur yang medukung terlaksanaya pementasan Ronggeng Pasaman, terbagi menjadi tiga bagian.[1] Bagian pertama, adalah pemantun atau biasa disebut ronggeng, yang terdiri dari satu orang. Pemantun adalah seorang laki-laki yang didandani seperti perempuan (travesti). Bagian kedua adalah, penampil laki-laki yang terdiri dari tiga orang atau lebih. Penampil laki-laki mempunyai tugas sebagai pendamping pemantun yang berasal dari penonton. Salah seorang penampil laki-laki tersebut berperan sebagai pembalas pantun dan yang lainnya menari mengikuti irama musik. Jika mereka tidak dapat membalas pantun, maka dapat bertanya kepada penonton lainnya. Penonton boleh membisikkan kepada mereka balasan pantun tersebut. Bagian ketiga adalah, pemain musik yang terdiri dari lima orang. Alat musik yang digunakan ialah biola, gitar, rebana, dan tamborin. Adapun gambaran komposisi pemain dengan alat musiknya yaitu satu orang pemain biola, dua orang pemetik gitar, satu orang pemukul rebana, dan satu orang lagi pemukul tamborin. Pemain musik bertugas mengiringi pemantun dan penampil laki-laki yang bersahut-sahutan mendendangkan pantun-pantun yang dilagukan.

Kostum yang digunakan seorang pemantun terdiri dari kebaya dan kain sarung serta selendang yang dililitkan di badan atau dikerudungkan di kepala. Bagi penampil laki-laki dan pemain musik biasanya memakai pakaian biasa sehari-hari dan adakalanya juga memakai selendang yang diselempangkan di badan. Namun pada masa sekarang ini penampil laki-laki dan pemain musik telah diberi kostum pentas seragam agar terlihat rapi.

Media Pentas

Media dalam pementasan Ronggeng Pasaman, melalui pantun.[1] Pantun-pantun yang dipentaskan tercipta atas dasar spontanitas para pemain ronggeng, yang disesuaikan dengan tema acara. Namun dalam perkembangannya saat ini jenis pantun yang dibawakan adala pantun muda-mudi dan dinyanyikan mengikuti irama lagu berbahasa Minangkabau dialek Pasaman, seperti Guridam Dua Koto, Aliatun, Cerai Kasih, dan Dagang Saiyo, serta ada juga yang dinyanyikan dalam bahasa Mandailing, seperti Filosofi Incir Aek (filosopi kincir air). Makna dari pantun-pantun yang didendangkan mengadung nasihat, sindiran atau kritikan, dan berisikan sebuah cerita seperti persahabatan dan cinta yang mempunyai pesan moral.

Transformasi Ronggeng Pasaman

Transformasi adalah perubahan atau pergeseran bentuk dan fungsi. Perubahan yang ada pada kesenian Ronggeng Pasaman, disesuaikan dengan kebutuhan di zaman sekarang. Tujuan lain dari transformasi adalah, untuk melestarikan kesenian rakyat tersebut, karena Ronggeng Pasaman merupakan suatu kebanggaan bagi rakyat Pasaman.[2] Perubahan tersebut di antaranya:[1]

  1. Pemantun yang dahulunya diperankan oleh laki-laki dan didandani menyerupai perempuan diganti dengan perempuan atau biasa disebut biduan.
  2. Pertunjukkan dilakukan oleh empat orang laki-laki yang menari berhadaphadapan di atas pentas dan secara bergantian mereka mendendangkan pantun secara bergantian, jadi tidak lagi memakai pemantun laki-laki berdandan menyerupai perempuan ataupun pemantun perempuan lagi.
  3. Alat musik tradisional yang mengiringi pertunjukkan Ronggeng Pasaman seperti, biola, tamborin dan rebana mulai dikolaborasi dengan alat musik modern seperti gitar.
  4. Dahulu pertunjukkan Ronggeng Pasaman bersifat hiburan dan biasanya pementas cukup diberi makan dan minum saja, sedangkan sekarang kesenian ini sudah di komersialisasi dan dijadikan pekerjaan sampingan bagi seniman untuk mencari nafkah kehidupan keluarga.

Referensi

  1. ^ a b c d Nasution, Junaidi; Affandi, Kiki Maulana. "Kesenian Ronggeng Pasaman pada Masyarakat Mandailing di Kecamatan Duo Koto Pasaman, Sumatera Barat". USU Press (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-03-28. Diakses tanggal 2019-03-28. 
  2. ^ Marlina, Fitria. "Kesenian Ronggeng Pasaman Barat yang Perlu Dilestarikan". KlikPositif (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-03-28.