Puputan

Gusti Ngurah Karangasem, raja Buleleng ke-12, dan 400 pengikutnya memilih puputan daripada menyerah saat perang di Benteng Jagaraga (1849).

Puputan adalah istilah dalam bahasa Bali yang mengacu pada ritual bunuh diri massal[1] yang dilakukan saat perang daripada harus menyerah kepada musuh. Istilah ini berasal dari kata bahasa Bali "puput" yang artinya "tanggal" / "putus" / "habis / "mati".

Puputan yang terkenal di Bali adalah Puputan Jagaraga, dilakukan oleh Kerajaan Buleleng melawan pasukan kolonial Belanda setelah Raja Buleleng memberlakukan sistem tawan karang (menahan seluruh kapal asing yang berlabuh di dermaga Buleleng) terhadap kapal-kapal dagang Belanda, dan Puputan Margarana yang dipimpin oleh seorang serdadu Dewan Perjoeangan Republik Indonesia Sunda Kecil (DPRI SK) kelahiran Bali bernama I Gusti Ngurah Rai untuk melawan aksi militer kolonial Belanda.

Catatan kaki

  1. ^ Pringle 2004, hlm. 106.

Daftar pustaka

  • Barski, Andy; Beaucort, Albert & Carpenter, Bruce, ed. (2007). Bali and Lombok. DK Eyewitness Travel Guides. Dorling Kindersley. ISBN 978-0756628789. 
  • Haer, Debbie Guthrie; Morillot, Juliette & Toh, Irene, ed. (2007). Bali : a traveller's companion (edisi ke-3rd). Editions Didier Millet (Singapore). ISBN 9789814217354. OCLC 190787094. 
  • Hanna, Willard A (2004). Bali Chronicles. Periplus, Singapore. ISBN 0-79460272X. 
  • ter Keurs, Pieter (2007). Colonial collections revisited. CNWS Publication. ISBN 90-5789-152-2. 
  • Pringle, Robert (2004). A short history of Bali: Indonesia's Hindu Realm. Short History of Asia Series. Allen & Unwin. ISBN 978-1865088631. 
  • Ridout, Lucy & Reader, Lesley (2002). The Rough Guide to Bali and Lombok (edisi ke-4th). Rough Guides Ltd. ISBN 978-1858289021. 
  • Rutherford, Scott, ed. (2002). Insight Guide Bali. Insight Guides. ISBN 978-1585732883. 
  • l
  • b
  • s
Ikon rintisan

Artikel bertopik bahasa ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s