Pue Mpalaburu

Lobo, rumah pemujaan yang dibangun orang Pamona beragama Lamoa untuk Pue Mpalaburu

Pue Mpalaburu (Ejaan Van Ophuijsen: Poee mPalaboeroe; terj. har. "Tuhan [yang] Membentuk"), adalah dewa tertinggi dalam kepercayaan lama Lamoa, yang dianut oleh Suku Pamona di Sulawesi Tengah.[1] Pue Mpalaburu adalah penguasa langit dan bumi, serta seluruh umat manusia.[2] Ia berkuasa atas segalanya dan memberikan hukuman bagi mereka yang melanggar sumpahnya. Dalam kepercayaan agama Lamoa, Pue Mpalaburu merupakan anak dari pasangan dewa langit dan dewi bumi. Ayahnya adalah Lai to Wawo Yangi atau Lai, sedangkan ibunya ialah Indo i Ntaludidi atau Ndara.[3]

Wujud

Berbagai pendapat muncul tentang perwujudan dari dewa ini. Duet ahli bahasa, misionaris, dan etnolog Belanda, Nicolaus Adriani dan Albertus Christiaan Kruyt menyatakan bahwa wujud Pue Mpalaburu memiliki sifat-sifat langit, dan menyebut bahwa matanya adalah matahari. Di sisi lain, R. Pettazoni menyebutkan bahwa Pue Mpalaburu adalah dewa angin, sebagai penegasan dari fakta bahwa ia adalah dewa langit.[4] Jika kedua orangtuanya, Lai dan Ndara, yang menciptakan manusia-manusia pertama, maka Pue Mpalaburu yang akan menyempurnakannya. Seperti menciptakan dan memisahkan jari dan bibir pada tubuh manusia.[5]

Adriani dan Kruyt menyimpulkan bahwa Pue Mpalaburu adalah dewa matahari yang membalas semua perbuatan dan melihat segalanya. Pada malam hari, di saat matahari akan segera terbenam dan langit mulai gelap, orang Pamona mengatakan bahwa matahari sedang menoleh ke belakang (bahasa Pamona: meelireme), menandakan ada seseorang yang meninggal.[6] Mereka berpendapat bahwa Pue Mpalaburu lebih dari sekadar dewa matahari. Ini karena Pue Mpalaburu berada di saat terbit dan terbenamnya matahari dan di kedua sisi surga, juga karena dia adalah penerus dewa-dewa sebelumnya (orangtuanya): Lai dan Ndara (Langit dan Bumi). Hal lainnya yang menegaskan teori Adriani-Kruyt adalah salah satu metode hukuman yang diberikan Pue Mpalaburu —bencana kekeringan jika terjadi pertumpahan darah— menunjukkan sifat-sifat dewa langit dan matahari, sama seperti kedua orangtuanya.[7] Doa untuk Pue Mpalaburu diucapkan dengan bahasa Pamona dan selalu diawali dengan: "Bu Pue Mpalaburu, ane pebete ndeme, anu ri kasoyoa" (bahasa Indonesia: Wahai Pue Mpalaburu, yang berada di atas dan di bawah matahari.) Kalimat di dalam doa ini membenarkan teori Adriani-Kruyt bahwa perwujudan Pue Mpalaburu memang tidak jauh dari matahari. Mereka berdua bertanya kepada salah satu orang Pamona yang menganut agama Lamoa, dan orang tersebut menyatakan bahwa matahari adalah mata dari Pue Mpalaburu.[8]

Pencipta dan pemberi hukuman

Pendeta wanita dalam agama Lamoa, biasanya yang memimpin doa kepada Pue Mpalaburu

Sebagai dewa, Pue Mpalaburu memiliki seorang pelayan bernama Indo Ntegolili.[a] Indo Ntegolili mengelilingi bumi 9 kali pada pagi hari, dan 9 kali pada malam hari. Ia melaporkan segala hak baik dan buruk yang terjadi di dunia kepada Pue Mpalaburu selaku tuannya, dan tidak ada yang dilewatkan oleh matanya. Jika seseorang tidak mematuhi peraturan yang ditetapkan oleh Pue Mpalaburu, maka ia harus membayar denda tiga lembar untuk kejahatan yang diakibatkan oleh mulutnya, lima lembar untuk kejahatan yang dilakukan dengan tangannya, dan tujuh lembar untuk kejahatan terhadap seluruh manusia.[8]

Kejahatan atau pelanggaran seperti menyumpah atau berbohong, atau saat seseorang mencuri, semuanya akan diadili oleh Pue Mpalaburu. Berbeda dengan biasanya, Pue Mpalaburu menghukum seseorang dengan kejadian yang mendadak: Jika seseorang berbohong, Pue Mpalaburu akan memerintahkan seekor buaya untuk memakannya, dan jika seseorang mencuri, Pue Mpalaburu akan menjatuhkan pohon saat orang tersebut kebetulan lewat. Pue Mpalaburu menghukum pertumpahan darah dengan memberikan musim kekeringan yang panjang atau dengan angin topan yang hebat, dan mengungkapkan amarahnya atas pelanggaran lain dengan menciptakan gempa bumi yang keras. Untuk menghindari kemarahan Pue Mpalaburu, orang Pamona biasanya akan mengurbankan seekor kerbau, babi berwarna coklat, kambing dan seekor ayam berwarna putih.[6]

Catatan

  1. ^ Versi yang lain menyebutkan bahwa Pue Mpalaburu memiliki dua pelayan, masing-masing pria dan wanita.

Referensi

  1. ^ Pettazoni 1955, hlm. 10.
  2. ^ Waida 1982, hlm. 620; Adriani & Kruyt 1912, hlm. 269
  3. ^ Angel Fire 2018, hlm. 0.
  4. ^ Pettazoni 1955, hlm. 11.
  5. ^ Adriani & Kruyt 1912, hlm. 269.
  6. ^ a b Adriani & Kruyt 1912, hlm. 271.
  7. ^ Adriani & Kruyt 1912, hlm. 273.
  8. ^ a b Adriani & Kruyt 1912, hlm. 270.

Sumber

Literatur
  • Adriani, Nicolaus; Kruyt, Albertus Christiaan (1912). De Bare'e-sprekende Toradja's van Midden-Celebes. Batavia: Landsdrukkerij. 
  • Kruyt, Albertus Christiaan (2008). Keluar Dari Agama Suku Masuk Ke Agama Kristen [From Animism to Christianity]. Jakarta: BPK Gunung Mulia. ISBN 979-687-337-0. 
  • Pettazoni, R. (1955). "On the Attributes of God". Numen. Brill Publishers. 2: 1–27.  Parameter |month= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  • Waida, Manabu (1982). "Central Asian Mythology of the Origin of Death: A Comparative Analysis of Its Structure and History". Anthropos. Anthropos Institut (77): 663–702. 
Situs web
  • Angel Fire (2018). "Gods and Deities started from letter P". Angel Fire. Diakses tanggal 5 Desember 2018.