Paṭiccasamuppāda

Bagian dari seri tentang
Buddhisme
  • Sejarah
  • Penyebaran
Sejarah
Benua
Populasi signifikan
Theravāda
Mahāyāna-Vajrayāna
Kitab daring
  • SuttaCentral
  • Chaṭṭha Saṅgāyana Tipiṭaka
  • dhammatalks.org
  • 84000
  • NTI Reader - Taishō
Dasar
Lanjutan
Praktik
  •  Portal Buddhisme
  • l
  • b
  • s

Paṭiccasamuppāda (Pali; Sanskerta: प्रतीत्यसमुत्पाद pratītyasamutpāda; Hanyu: 緣起), biasa diterjemahkan sebagai sebab-akibat yang saling bergantungan atau dependensi kemunculan, merupakan salah satu hukum terpenting dalam Buddhisme.

Ajaran ini menyatakan adanya sebab-musabab yang terjadi dalam kehidupan semua mahluk, khususnya manusia. Dengan menganalisis dan merenungkan Paticca Samuppada inilah, Siddhartha Gautama (yang pada saat itu masih menjadi Petapa) akhirnya mencapai Penerangan Sempurna menjadi Buddha.[1]

Ia yang melihat Paticcasamuppada, juga melihat Dhamma. Ia yang melihat Dhamma, juga melihat Paticcasamuppada.
Yo paticcasamuppadam passati, so Dhammam passati. Yo Dhammam passati, so paticcasamuppadam pasati.
— Maha-hatthipadopama Sutta: Majjhima Nikaya 28

Pengertian dasar

Pemahaman akan Paticcasamuppada yang sederhana adalah:

Dengan adanya ini, maka terjadilah itu.
Dengan timbulnya ini, maka timbullah itu.
Dengan tidak adanya ini, maka tidak adalah itu.
Dengan terhentinya ini, maka terhentilah itu.
Imasmiṃ sati, idaṃ hoti.
Imass’ uppādā, idaṃ uppajjati.
Imasmiṃ asati, idaṃ na hoti.
Imassa nirodhā, idhaṃ nirujjhati.
— Assutava Sutta: Uninstructed (SN 12.61)[2]

Penerapan

Penerapan akan Paticcasamuppada terdiri dari dua bagian, satu bagian mengenai pengertian akan Dukkha, dan bagian lain mengenai kelahiran kembali.

Pengertian akan Dukkha

Pengertian paticcasamuppada mengenai penderitaan Dukkha dikenal dengan sebutan Empat Kesunyataan Mulia:

  1. Dukkha: Pengertian akan penderitaan (Dukkha).
  2. Samudaya: Asal-muasal penderitaan (Dukkha).
  3. Nirodha: Lenyapnya penderitaan (Dukkha).
  4. Magga: Jalan menuju lenyapnya penderitaan (Dukkha) atau yang disebut dengan Jalan Mulia Berunsur Delapan.

Dua belas Nidana

12 (dua belas) Sebab-musabab (Nidana) yang ada dalam setiap mahluk, khususnya manusia dapat dikategorikan sebagai berikut:

Kehidupan lampau

  • Ketidaktahuan, kebodohan (Avijjā/Awidya)
  • Pembentukan, Formasi, Konstruksi (Sankhāra/Saskara)

Kehidupan sekarang

  • Kesadaran, Pengetahuan, Kebijaksanaan (Viññāṇa/Widnyana)
  • Batin dan Jasmani, Nama dan Bentuk, Mentalitas dan Pikiran (Nama Rupa/Namarupa)
  • Enam indra, Intuisi (Saḷāyatana/Sadayatana)
  • Kesan, Hubungan, Sentuhan (Phassa/Separsa)
  • Perasaan, Sensasi (Vedanā/Wedana)
  • Keinginan, Hasrat, Rasa Haus (Taṇhā/Tresna)
  • Kemelekatan (Upādāna/Upadana)
  • Keberadaan, Kehadiran, Proses tumimbal lahir (Bhava/Bhawa)

Kehidupan yang akan datang

  • Kelahiran kembali (Jāti/Jati)
  • Penuaan, Rasa sakit, Penderitaan, Kematian, Pembusukan (Jarāmaraṇa/Jaramerana)

..... Demikianlah penyebab dari seluruh kesusahan dan penderitaan.
— Paticca-samuppada-vibhanga Sutta; Samyutta Nikaya 12.2 (S 2.1)

Referensi

  1. ^ "Inti dan Dasar Dari Ajaran Buddha Gautama-Dhamma Sari". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2009-05-10. Diakses tanggal 2009-07-26. 
  2. ^ Thanissaro Bhikkhu (2005). Assutava Sutta: Uninstructed (SN 12.61). Retrieved 2008-01-20 from "Access to Insight"
  • l
  • b
  • s
   Garis Besar - Buddhisme   
Sejarah
Benua
Populasi signifikan
Aliran Buddhis awal
Aliran kontemporer
Sinkretisme dan gerakan baru
(Mungkin tak dianggap aliran)
Theravāda
Mahāyāna-Vajrayāna
Kitab daring
  • SuttaCentral
  • Chaṭṭha Saṅgāyana Tipiṭaka
  • dhammatalks.org
  • 84000
  • NTI Reader - Taishō
Buddha penting sebelumnya
Buddha saat ini dan keluarga
Buddha selanjutnya
Mahāyāna-Vajrayāna
Dasar
Teori
Praktik
Jenis pengikut
4 tingkat kesucian
  • Hari Raya
  • Peringatan
Ikon rintisan

Artikel bertopik Agama Buddha ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s