Cenderawasih

Burung Cenderawasih
Jantan dewasa Cenderawasih Kuning-kecil,
Paradisaea minor
Klasifikasi ilmiah
Kerajaan:
Animalia
Filum:
Chordata
Kelas:
Aves
Ordo:
Passeriformes
Famili:
Paradisaeidae
Genera

13, lihat daftar dibawah

Burung Cenderawasih adalah anggota famili Paradisaeidae dari ordo Passeriformes. Cenderawasih biasanya ditemukan di Indonesia seperti di bagian Timur Papua, Papua Nugini, pulau-pulau selat Torres, dan Australia timur. Burung anggota keluarga ini dikenal karena bulu burung jantan pada banyak jenisnya, terutama bulu yang sangat memanjang dan rumit yang tumbuh dari paruh, sayap atau kepalanya. Ukuran burung Cenderawasih mulai dari Cenderawasih raja pada 50 gram dan 15 cm hingga Cenderawasih paruh-sabit Hitam pada 110 cm dan Cenderawasih manukod jambul-bergulung pada 430 gram.

Spesies

Genus Lycocorax

  • Cenderawasih gagak, Lycocorax pyrrhopterus

Genus Manucodia

  • Silagiamina kilap, Manucodia atra
  • Silagiamina jobi, Manucodia jobiensis
  • Silagiamina leher-keriting, Manucodia chalybata
  • Silagiamina jambul-keriting, Manucodia comrii
  • Silagiamina terompet, Manucodia keraudrenii

Genus Paradigalla

  • Sagubega ekor-panjang, Paradigalla carunculata
  • Sagubega ekor-pendek, Paradigalla brevicauda

Genus Astrapia

  • Dewata arfak, Astrapia nigra
  • Dewata elok, Astrapia splendidissima
  • Dewata ekor-pita, Astrapia mayeri
  • Dewata Stephanie, Astrapia stephaniae
  • Dewata huon, Astrapia rothschildi

Genus Parotia

  • Kijo arfak, Parotia sefilata
  • Kijo karola, Parotia carolae
  • Kijo foja, Parotia berlepschi
  • Kijo lawes, Parotia lawesii
  • Kijo timur, Parotia helenae
  • Kijo wahnes, Parotia wahnesi

Genus Pteridophora

Genus lophorina

Genus Ptiloris

  • Toowa cemerlang Ptiloris magnificus
  • Toowa timur Ptiloris intercedens
  • Toowa surga Ptiloris paradiseus
  • Toowa viktoria Ptiloris victoriae

Genus Epimachus

  • Paruh-sabit kurikuri, Epimachus fastuosus
  • Paruh-sabit coklat, Epimachus meyeri
  • Paruh-sabit paruh-hitam, Epimachus albertisi
  • Paruh-sabit paruh-pucat, Epimachus bruijnii

Genus Cicinnurus

Genus Semioptera

Genus Seleucidis

Genus Paradisaea

Sebelumnya dikelompokkan di sini

  • Cenderawasih loria, Cnemophilus loriae - mungkin lebih berkerabat dengan Melanocharitidae (pematuk buah beri).[1]
  • Cenderawasih jambul, Cnemophilus macgregorii - mungkin lebih berkerabat dengan Melanocharitidae.[1]
  • Cenderawasih dada-kuning, Loboparadisea sericea - mungkin lebih berkerabat dengan Melanocharitidae.[1]
  • Penghisap-madu elok (sebelumnya "Cenderawasih elok"), Macgregoria pulchra - baru-baru ini ditemukan sebagai Burung penghisap madu.[1]
  • Paok-hitam kecil, Melampitta lugubris - beberapa waktu ditempatkan di sini sementara; mungkin termasuk
  • Paok-hitam besar, Megalampitta gigantea'

Orthonychidae

Hubungan dengan Manusia

Masyarakat di Papua sering kali memakai bulu cenderawasih dalam pakaian dan adat mereka, dan beberapa abad yang lalu bulu cendrawasih banyak dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan topi wanita di Eropa. Perburuan untuk mendapat bulu dan perusakan habitat menyebabkan penurunan jumlah burung pada beberapa jenis ke tingkat terancam; perusakan habitat karena penebangan hutan sekarang merupakan ancaman utama.

Perburuan burung cenderawasih untuk diambil bulunya untuk perdagangan topi marak di akhir abad 19 dan awal abad 20 (Cribb 1997), namun sekarang burung-burung itu dilindungi dan perburuan hanya dibolehkan untuk kebutuhan perayaan dari suku setempat. Dalam hal Cenderawasih panji, disarankan mengambil dari rumah sarang burung Namdur. Tatkala Raja Mahendra dari Nepal naik takhta pada tahun 1955, ternyata bulu burung cenderawasih pada mahkota kerajaan Nepal perlu diganti. Karena larangan perburuan, penggantian akhirnya diperbolehkan dari kiriman yang disita oleh hukum Amerika Serikat.[2]

Burung cenderawasih dewasa digambarkan pada bendera Papua Nugini. David Attenborough telah menyatakan beberapa burung Cenderawasih sebagai jenis hewan favoritnya, mungkin dia menyukai Cenderawasih botak.

Mitos Cenderawasih di Papua

Sebagian warga papua meyakini burung cenderawasih adalah jelmaan seorang anak laki-laki bernama kweiya. Awalnya ada seorang perempuan dan anjingnya kelaparan di dalam hutan dan menemukan buah. Karena kelaparan sang anjing memakan buah tersebut, secara tiba-tiba perut anjing tersebut membesar dan melahirkan anak. Begitu pula dengan sang wanita pemilik anjing tersebut. Lantas anak perempuan tersebut dinamakan Kweiya.[3]

Saat anak tersebut sudah besar, sang ibu menikah dengan duda yang sudah memiliki anak. Lambat laun Kweiya disakiti oleh saudara tirinya, karena merasa disakiti Kweiya memilih untuk menjadi burung, dengan membuat sayap dari daun dan ekor dari sabut kelapa. Secara ajaib Kweiya berubah menjadi burung dan bersarang di atas pohon. Kedua saudaranya yang menyakiti pun dikutuk dan berubah menjadi burung berwarna hitam pekat. Nama kedua saudara yang menyakiti tersebut adalah Pohak dan Nggein. Kedua burung hitam tersebut mengakui kesalahannya dan ingin meminta maaf ke Kweiya.[3]

Namun saat mencari Kweiya di hutan Bomberay, ditemukan sang burung berekor kuning (Kweiya) ditangkap oleh pemburu. Kedua burung yang berwarna hitam pekat tersebut menyerang pemburu tersebut dan berhasil melepaskan Kweiya. Maka seketika kedua saudara tirinya dimaafkan, sebagai imbalannya karena menyelamatkan nyawa Kweiya. Dan secara ajaib ada beberapa warna cerah dari Kweiya yang luntur dan berpindah ke kedua burung hitam pekat tersebut. Maka jadilah ketiga burung tersebut memiliki aneka warna yang berbeda. Maka hingga saat ini, diyakini burung Cenderawasih berasal dari Kweiya. Cerita ini merupakan cerita dari Fakfak.[3]

Bacaan lanjutan

  • Cracraft, J. & Feinstein, J. (2000): What is not a bird of paradise? Molecular and morphological evidence places Macgregoria in the Meliphagidae and the Cnemophilinae near the base of the corvoid tree. Proc. R. Soc. B 267: 233-241.
  • Cribb, Robert (1997): Birds of paradise and environmental politics in colonial Indonesia, 1890-1931. In: Boomgaard, Peter; Columbijn, Freek & Henley, David(eds.): Paper landscapes: explorations in the environmental history of Indonesia: 379-408. KITLV Press, Leiden. ISBN 90-6718-124-2
  • Frith, Clifford B. & Beehler, Bruce M. (1998): The Birds of Paradise: Paradisaeidae. Oxford University Press. ISBN 0-19-854853-2
  • Mackay, Margaret D. (1990): The Egg of Wahnes' Parotia Parotia wahnesi (Paradisaeidae). Emu 90(4): 269.

Burung cendrawasih jantan memiliki warna yang indah

Pranala luar

Wikimedia Commons memiliki media mengenai Paradisaeidae.
  • (Inggris) Burung-burung Cenderawasih Diarsipkan 2009-01-31 di Wayback Machine.
  • (Inggris) Video streaming beberapa burung Cenderawasih membawakan tarian perjodohan Diarsipkan 2011-02-04 di Wayback Machine.

Referensi

  1. ^ a b c d Cracraft, Joel; Feinstein, Julie (2000-02-07). "What is not a bird of paradise? Molecular and morphological evidence places Macgregoria in the Meliphagidae and the Cnemophilinae near the base of the corvoid tree". Proceedings of the Royal Society of London. Series B: Biological Sciences (dalam bahasa Inggris). 267 (1440): 233–241. doi:10.1098/rspb.2000.0992. ISSN 0962-8452. PMC 1690532 alt=Dapat diakses gratis. PMID 10714877. Pemeliharaan CS1: Format PMC (link)
  2. ^ Boomgaard, Peter; Colombijn, Freek; Henley, David, ed. (1997). Paper landscapes: explorations in the environmental history of Indonesia. Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde. Leiden: KITLV Press. ISBN 978-90-6718-124-2. 
  3. ^ a b c "Mulyadi" (2019). Etnografi Pembangunan Papua. Yogyakarta: Deepublish. ISBN 978-623-209-898-5.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
Pengidentifikasi takson