Joget Dangkong

Joget Dangkong merupakan tarian kebudayaan dalam masyarakat Melayu yang berasal dari Kepulauan Riau. Kebudayaan ini populer kira-kira sejak masa pemerintahan kerajaan Melayu Bentan, Riau-Lingga, hingga pada era tahun 1960-an . Pada masa ini, kesenian joget dangkong banyak ditampilkan baik pada upacara adat Melayu maupun sebagai hiburan yang dijajakan kepada masyarakat umum.[1]

Joget dangkong dinamakan demikian berdasarkan bunyi dari alat musik joget tersebut (dang-dang kung dang-dang kung dang-dang kung).[2] Kelompok joget dangkong tidak hanya terdiri dari pemain musik, tetapi juga kadang penari dan penyanyi. Para penari didandan dengan pakaian dan perhiasan yang mencolok sehingga mampu memberikan daya tarik secara psikli.[2]

Joget dangkong memiliki nama lain seperti joget tandak dan lambak yang dikenal pada abad ke 17. Biasanya tarian ini dimainkan 4-8 penari, yang terdiri dari 3 pemain musik dan seseorang penyanyi. Joget dangkong dipentaskan ketika ada acara khitanan, pernikahan, peringatan hari-hari besar islam dan juga hari-hari peringatan nasional seperti HUT RI.[3]

Dalam Joged Dangkong ini ada ketentuan yang harus dipenuhi yakni penari harus wanita, pemusik pengiring (Biola, gendang gong, akordion, gendang tambo), Pakaian Penari (kebaya pendek, kain bawah, selempang). Dalam Joget (betandak, ngebeng, igal, betuis).[2]

Alat musik yang digunakan dalam suatu pertunjukan joget dangkong di Moro saat ini tidak hanya terbatas pada empat alat musik tradisional (yaitu: gong, gendang tambur, gendang bebane dan bjole tempurung), melainkan telah mengalami perubahan dan penambahan beberapa alat musik seperti : Akordeon, Biola, marwas, gitar elektrik, dan organ tunggal.

Musik Dangkong cenderung seperti irama Joget Melayu, Dondang Singapura, Tanjung Katung. Sifatnya yang menghibur berfungsi sebagai media interaksi sosial dari masyarakat dan dialog dari sub-etnis yang ada disekitarnya.[4]

Urutan pementasan joget Dangkong adalah sebagai berikut:

a. Tahapan buka tanah, tahapan ini sejenis pemberitahuan kepada "penunggu" sekitar yakni makhluk halus agar acara dilakukan sebagaimana mestinya.

b. Pelantunan lagu dan tarian bertabik, yang bermakna ucapan selamat datang

c. Pelantunan lagu Dondang Sayang yang diikuti dengan lagu-lagu keinginan penandak berjudul Tanjung Katung

d. Penutup, tahapan akhir ini ditutup dengan pelantunan lagu Cik Cilik.[3]

Referensi

  1. ^ Katalog Warisan Budaya tak Benda. Jakarta: Direktorat Warisan dan Diplomasi Budaya. 2018. hlm. 45.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  2. ^ a b c admin. "Joget Dangkong" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-01-18. 
  3. ^ a b Ragam Tari dan Lagu Daerah Sumatra. Jakarta: PT. Perca. 2009. hlm. 24–25. ISBN 978-979-043-477-6.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan); Parameter |first1= tanpa |last1= di Authors list (bantuan)
  4. ^ "Dinas Kebudayaan Provinsi Kepulauan Riau". Joged Dankong. 10 Januari 2015. Diakses tanggal 1 Februari 2020.