Gempa bumi Banten 2019

7°32′S 104°35′E / 7.54°S 104.58°E / -7.54; 104.58Koordinat: 7°32′S 104°35′E / 7.54°S 104.58°E / -7.54; 104.58Intensitas maks.VI (Kuat)TsunamiYa (100 cm)Gempa susulanYaKorban5 orang tewas
4 orang luka-luka
1.050 orang mengungsi

Gempa bumi Banten 2019 adalah sebuah gempa dengan magnitudo 6.9 Mw [1][2] yang melanda Indonesia pada tanggal 2 Agustus 2019, Pukul 19.05 WIB di Samudra Hindia. Pusat gempa berjarak 164 km dari Sumur, Kabupaten Pandeglang, Banten dengan kedalaman 22 Km. Guncangan gempa bumi ini dirasakan sebagian besar masyarakat di pulau Jawa dan sebagian Sumatra bagian selatan. Gempa ini merupakan gempa terbesar yang melanda Jakarta dan Jawa Barat sejak Gempa bumi Jawa Barat 2009.

Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mencatat, berdasar data Unites States Geological Survey (USGS), gempa itu berkekuatan magnitudo 6,7. Adapun pusat gempa versi data USGS ada di kedalaman 42,8 km serta pada koordinat 104.806° BT dan 7.29° LS. Wilayah yang berdekatan dengan pusat gempa bumi itu adalah pesisir selatan Banten, Jawa Barat dan Lampung. Kawasan itu pada umumnya disusun oleh batuan sedimen berumur Kuarter. batuan berumur Kuarter dan Tersier yang telah mengalami pelapukan bersifat urai, lepas dan belum kompak sehingga dapat memperkuat efek guncangan.[3]

Dampak dan guncangan

Guncangan terkuat dirasakan di wilayah bagian selatan Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak berupa guncangan V-VI MMI. Kemudian IV-V MMI di Sukabumi, Bandar Lampung, Jakarta, Tangerang Selatan, Kota Tangerang, Bogor dan Bekasi. Serta dirasakan II-III MMI di Bandung, Purwakarta, Tanggamus, Krui, Garut, Cilacap, Kebumen, Semarang dan Bantul. Sementara gempa dirasakan di Kediri, Kotabumi, Pesawaran, Malang dan Denpasar berupa I-II MMI. BNPB mencatat dampak gempa ini mengakibatkan 5 orang meninggal dunia karena sakit, panik dan kelelahan. Korban meninggal 2 orang warga Kabupaten lebak, 2 orang dari Kabupaten Sukabumi , Jawa Barat dan 1 orang dari Kabupaten Pandeglang, Banten.[4]

Selain itu terdapat 4 orang mengalami luka-luka dan 1.050 orang sempat mengungsi namun kemudian sudah kembali ke rumah.[5] Gempa ini juga menyebabkan ratusan rumah rusak. Diantaranya di Banten dilaporkan 2 rumah rusak sedang dan 116 rusak ringan, terbanyak di Kabupaten Pandeglang. Di Jawa Barat terdapat 13 rumah rusak berat, 30 rusak sedang dan 62 rusak ringan, terbanyak di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat yakni 6 rumah rusak berat, 22 rusak sedang dan 43 rusak ringan. Sementara itu sebanyak 10 unit fasilitas umum juga rusak, 4 diantaranya tempat ibadah.[6]

Potensi tsunami

Gempa bumi ini dinyatakan berpotensi tsunami oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sehingga dikeluarkan peringatan dini Tsunami untuk wilayah pesisir selatan dan barat provinsi Banten, Lampung, selatan Jawa Barat bagian barat dan Bengkulu dengan ketinggian 0-3 meter dengan perkiraan gelombang tsunami mencapai bibir pantai pada pukul 19.35 WIB.[7][8] Peringatan dini tsunami dinyatakan berakhir pada Jumat, 2 Agustus 2019, pukul 21:37 WIB.[9]

Berikut ini daftar daerah yang berpotensi tsunami usai terjadi gempa Banten magnitudo 7,4 pada 2 Agustus 2019 malam:[3]

I. SIAGA Tsunami

  • Pandeglang Bagian Selatan (Banten)
  • Pandeglang Pulau Panaitan (Banten)
  • Lampung-Barat Pesisi-Selatan (Lampung)II. WASPADA Tsunami
  • Pandeglang Bagian Utara (Banten)
  • Tanggamus Pulau Tabuan (Lampung)
  • Sukabumi Ujung-Genteng (Jawa Barat)
  • Tanggamus Bagian TImur (Lampung)
  • Lampung-Selatan Kep. Krakatau (Lampung)
  • Lampung-Selatan Kep. Legundi (Lampung)
  • Lampung-Barat Pesisir-Tengah (Lampung)
  • Lampung-Barat Pesisir-Utara (Lampung)
  • Bengkulu-Utara Pulau Enggano (Bengkulu)
  • Kaur (bengkulu)
  • Lampung-Selatan Kep. Sebuku (Lampung)
  • Bengkulu-Selatan (Bengkulu)
  • Serang Bagian Barat (Banten)
  • Seluma (Bengkulu)

Penyebab

Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter, gempa bumi ini merupakan jenis gempa bumi dangkal yang terjadi di zona tunjaman lempeng Indo-Australia ke bawah lempeng Eurasia di selatan Banten.[3][10] Namun demikian, sumbernya bukan berada di bidang kontak subduksi tersebut. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa ini dipicu penyesaran oblique yaitu kombinasi gerakan mendatar dan naik[11] dengan arah sobekan batuan tegak lurus utara-selatan[12]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ "BMKG Jelaskan Alasan Mutakhirkan Magnitudo Gempa Banten Jadi 6,8". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-08-12. Diakses tanggal 2019-08-04. 
  2. ^ "Gempa 7,4 SR Berpusat di Banten, Berpotensi Tsunami". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-07-18. Diakses tanggal 2019-08-02. 
  3. ^ a b c Idhom, Addi M (02 Agustus 2019). "Penyebab Gempa Banten Magnitudo 7,4 Malam Ini Menurut PVMBG". tirto.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-09-18. Diakses tanggal 19 februari 2021.  Periksa nilai tanggal di: |access-date=, |date= (bantuan)
  4. ^ "BNPB: 5 Orang Meninggal Dunia Dampak Gempa M 6,9 di Banten". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-09-22. Diakses tanggal 2019-08-04. 
  5. ^ "BNPB Pastikan Seluruh Pengungsi Gempa Banten Sudah Pulang ke Rumah". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-30. Diakses tanggal 2019-08-04. 
  6. ^ "Ini Daftar Kerusakan di Wilayah Terdampak Gempa M 6,9 Banten". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-07-31. Diakses tanggal 2019-08-04. 
  7. ^ "Daerah-daerah Berstatus Waspada Tsunami usai Gempa Banten". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-08-10. Diakses tanggal 2019-08-02. 
  8. ^ "BMKG Imbau Waspada Tsunami Ketinggian 0,5 M Usai Gempa Banten". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-08-10. Diakses tanggal 2019-08-02. 
  9. ^ "BMKG Akhiri Peringatan Dini Tsunami Usai Gempa Banten". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-08-10. Diakses tanggal 2019-08-02. 
  10. ^ "Gempa Dipicu Penunjaman Lempeng Indo-Australia ke Eurasia". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-07-01. Diakses tanggal 2019-08-02. 
  11. ^ "Ini Penyebab Gempa Banten yang Berpotensi Tsunami". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-03-07. Diakses tanggal 2019-08-02. 
  12. ^ Kenapa Gempa Banten Tidak Hasilkan Tsunami?[pranala nonaktif permanen]
  • l
  • b
  • s
Gempa bumi pada tahun 2019
Januari
  • Tarauacá, Brasil (6.8, 5 Jan)
  • Halmahera Utara, Indonesia (6.6, 8 Jan)
  • Coquimbo, Chili (6.7, 20 Jan)
  • Sumba, Indonesia (6.3, 22 Jan)
Februari
  • Chiapas, Meksiko (6.7, 1 Feb)
  • Mentawai, Indonesia (6.0, 2 Feb)
  • Palora, Ekuador (7.5, 22 Feb)
Maret
April
Mei
  • Morobe, Papua Nugini (7.1, 6 Mei)
  • Britania Baru Timur, Papua Nugini (7.5, 14 Mei)
  • Loreto, Peru (8.0, 26 Mei)
  • La Libertad, El Salvador (6.6, 26 Mei)
Juni
  • Kermandec, Selandia Baru (7.2, 15 Jun)
  • Sichuan, Tiongkok (5.8, 17 Jun)
  • Yamagata, Jepang (6.4, 18 Jun)
  • Papua, Indonesia (6.3, 19 Jun)
  • Maluku, Indonesia (7.4, 24 Jun)
Juli
Agustus
  • O'Higgins, Chili (6.8, 1 Agu)
  • Banten, Indonesia (7.4, 2 Agu)
September
Oktober
November
Desember
  • Davao, Filipina (6.8, 15 Des)
  • menandai gempa bumi yang mengakibatkan setidaknya 30 orang tewas
  • menandai gempa bumi paling mematikan pada tahun tersebut
  • Waktu untuk semua gempa bumi berada dalam UTC
  • l
  • b
  • s
Sebelum 1900
1900-1999
2000-2009
2010-2019
2020-2029
  • l
  • b
  • s
Bencana alam, kecelakaan, dan terorisme di Indonesia tahun 2019
Bencana alam
Banjir
dan longsor
Gempa bumi
Lain-lain
Kecelakaan
Kendaraan
darat
Lain-lain
Kerusuhan
Terorisme
Lain-lain
◀ 2018 - 2020 ▶
Ikon rintisan

Artikel bertopik bencana ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s