Bukhari Daud

Bupati Aceh BesarMasa jabatan
1 Maret 2007 – 1 Maret 2012GubernurIrwandi Yusuf
Tarmizi Abdul Karim (penjabat)WakilAnwar Ahmad
Sebelum
Pendahulu
Sayuthi Ismail
Penjabat
  • Rusli Muhammad
  • Zaini Azis
  • A. Madjid AR
Pengganti
Zulkifli Ahmad (penjabat)
Mukhlis Basyah
Informasi pribadiLahir(1959-10-25)25 Oktober 1959
Aceh Besar, Aceh, IndonesiaMeninggal11 Februari 2021(2021-02-11) (umur 61)
Aceh Besar, Aceh, IndonesiaSuami/istriMaslailaPendidikanUniversitas Syiah Kuala (S.Pd.)
Universitas Negeri New York (M.Ed.)
Universitas Melbourne (Dr.)PekerjaanDosen
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Bantuan penggunaan templat ini

Bukhari Daud (25 Oktober 1959 – 11 Februari 2021) adalah seorang dosen dan mantan politikus Indonesia yang pernah menjadi Bupati Aceh Besar dari tahun 2007 sampai 2012.

Kehidupan awal dan pendidikan

Bukhari Daud lahir pada 25 Oktober 1959 di Aceh Besar. Setelah lulus dari madrasah ibtidaiah, Bukhari melanjutkan sekolah di SMP Montasik, sekolah yang jaraknya empat kilometer dari rumahnya. Bukhari selalu berjalan kaki ke sekolah menengah pertama.[1] Setelah menyelesaikan pendidikannya di sekolah menengah pertama, Bukhari mendaftar ke sekolah menengah atas. Bukhari kuliah di Jurusan Bahasa Inggris di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala dan lulus pada tahun 1988. Ia menjadi dosen bahasa Inggris di universitas tersebut dua tahun kemudian.[2]

Pada tahun 1991, Bukhari pergi ke State University of New York at Buffalo untuk mengejar gelar master di bidang TESOL (Teaching English to Speakers of other language). Bukhari lulus pada tahun 1993 dan melanjutkan studinya ke Universitas Melbourne setahun kemudian. Ia lulus dari universitas tersebut pada tahun 1998 dengan gelar doktor.[2]

Karier politik

Pilkada

Bukhari mencalonkan diri sebagai calon bupati dalam pemilihan umum Bupati Aceh Besar 2006,[3] berpasangan dengan Anwar Ahmad sebagai calon wakil bupati.[4] Bukhari didukung oleh Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Bintang Reformasi (PBR). Ia memenangkan pemilihan tersebut dengan memperoleh 37.810 suara atau 25,58% dari total suara sah.[4] Bukhari mulai menjabat sebagai bupati pada tahun 2007.[5]

Upaya pengunduran diri

Setelah lebih dari setahun menjabat, Bukhari membuat kehebohan[6] dengan pengumuman pengunduran dirinya sebagai bupati ketika bertemu dengan para kepala dinas dan badan pada sebuah rapat koordinasi tanggal 5 September 2008.[7] Bukhari awalnya menolak untuk menjelaskan alasan pengunduran dirinya.[7] Beberapa wartawan yang mendatangi rumahnya untuk menanyakan masalah tersebut disuruh pulang oleh ajudan dan kerabatnya.[8] Antara menyebutkan bahwa pengunduran diri yang dilakukan Bukhari merupakan kasus pertama di Indonesia.[9]

Beberapa tuduhan bermunculan setelah pengunduran dirinya. Media menyebutkan bahwa Bukhari mundur karena ada intervensi berkepanjangan yang dilakukan oleh tim suksesnya dalam proses dan pengadaan di birokrasi pemerintahan Aceh Besar. Media juga menuding wakil bupati Anwar Ahmad — yang akan menggantikan Bukhari jika mundur — juga melakukan tekanan yang sama.[6] Sumber lain menyebutkan bahwa Bukhari mengundurkan diri karena merasa kekuasaannya dibatasi oleh Partai Aceh.[10]

Menteri Dalam Negeri dan DPRK Aceh Besar membujuknya untuk mempertimbangkan kembali keputusannya.[6] Menteri Dalam Negeri, Mardiyanto mengaku bisa menerima pengunduran diri karena alasan kesehatan, namun ia akan menolak jika pengunduran dirinya terkait dengan kinerja.[11]

Bukhari mengklarifikasi alasannya dengan catatan tertulis kepada DPRK yang menyatakan bahwa “iklim politik dan administratif sedang tidak sehat” dan menyimpulkan kondisi politik Aceh dalam ungkapan “kalahkan dan kuasai, atau dikalahkan dan dikuasai”.[6] Alasannya ditolak oleh Kementerian Dalam Negeri dan Bukhari melanjutkan masa jabatannya setelah dilobi oleh DPRK Aceh Besar.[3]

Kinerja dan penilaian

Selama masa jabatannya, Bukhari berupaya memanfaatkan sumber pangan lokal, seperti pepaya dan sapi, untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat di wilayah tersebut.[12] Ia mengawasi pembentukan wilayah Pulo Breueh sebagai wilayah gas dan minyak terintegrasi[13] dan pembangunan proyek oleh Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi, sebuah badan yang didirikan untuk membangun kembali Aceh setelah gempa bumi dan tsunami Samudra Hindia 2004. Bukhari kemudian mengkritik badan tersebut karena kualitas fasilitas yang dibangun tidak memadai.[14] Bukhari juga mengawasi pengalokasian Kelompok Usaha Bersama (KUBE), program bantuan keuangan dari Kementerian Sosial, ke kabupatennya.[12]

Survei umum terhadap penduduk Aceh Besar menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat kecewa dengan pemerintahan Bukhari. Bukhari dinilai tidak bisa bekerjasama dengan DPRK Aceh Besar dan memiliki kelemahan mendasar dalam konteks kepemimpinan, manajemen konflik dan persaingan.[10] Pada Juli 2011, Kaukus Pemuda Aceh Besar menilai pemerintahan Bukhari "gagal tanpa terkecuali".[15]

Kehidupan selanjutnya dan meninggal

Bukhari mengakhiri masa jabatannya pada 1 Maret 2012 dan digantikan oleh sekretaris daerahnya Zulkifli Ahmad sebagai pelaksana harian dan kemudian penjabat bupati.[16][17] Bukhari melanjutkan kariernya sebagai dosen bahasa Inggris di Universitas Syiah Kuala.[2] Sehari sebelum kematiannya, Bukhari mengajukan permohonan pensiun dini dari universitas, tetapi ditolak oleh atasannya.[18]

Bukhari meninggal dunia pada pukul 01.45 WIB[19] tanggal 11 Februari 2021 di rumahnya yang terletak di Lampeuneurut, Aceh Besar. Bukhari meninggalkan satu istri, tiga putri, dan satu putra. Bukhari menderita gangguan jantung beberapa hari sebelum kematiannya.[20] Sebuah salat jenazah yang diimami oleh putranya Putra El-Mukram, diadakan beberapa jam setelah kematiannya.[18] Bukhari dimakamkan pada hari yang sama di Pemakaman Umum Lampeuneurut.[19]

Referensi

  1. ^ "Dr. Bukhari, M.Ed". Universitas Syiah Kuala. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-06-28. Diakses tanggal 12 Februari 2021.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  2. ^ a b c "Dr. Bukhari, M.Ed". Universitas Syiah Kuala. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-02-21. Diakses tanggal 12 Februari 2021.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  3. ^ a b Warsidi, Adi (11 Februari 2021). "Mantan Bupati Aceh Besar Bukhari Daud Meninggal Dunia: Pejabat yang Minta Mundur". kumparan. Diakses tanggal 12 Februari 2021.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  4. ^ a b "Indonesia: How GAM Won in Aceh" (PDF). Asia Briefing. 22 Maret 2007. hlm. 17.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  5. ^ Azhari. "Mantan bupati Aceh Besar tutup usia". ANTARA News. Diakses tanggal 12 Februari 2021. 
  6. ^ a b c d "The Bupati of Aceh Besar's intention to resign underlines governance issues in Aceh" (PDF). Aceh Conflict Monitoring Update. hlm. 5.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  7. ^ a b "Bupati Aceh Besar Mundur". Kompas.com. 5 September 2008. Diakses tanggal 12 Februari 2021.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  8. ^ Riza, Muhammad (6 September 2008). "Diduga Diteror, Bupati Aceh Besar Mengundurkan Diri". Okezone.com. Diakses tanggal 12 Februari 2021.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  9. ^ antaranews.com (9 September 2008). Burhani, Ruslan, ed. "Mundurnya Bupati Aceh Besar Kasus I di Indonesia". ANTARA News. Diakses tanggal 12 Februari 2021. 
  10. ^ a b Karim, Abdul Gaffar; Hanif, Hasrul; Arti, Wigke Capri, ed. (2014). State of Local Democracy Assessment in Indonesia (PDF). Yogyakarta: Polgov Press. hlm. 120. ISBN 978-602-14532-7-8. 
  11. ^ "Mendagri Minta Penjelasan Bupati Aceh Besar". Ministry of Internal Affairs. Diakses tanggal 12 Februari 2021.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)[pranala nonaktif permanen]
  12. ^ a b Yurnaldi (23 January 2010). "Usaha Bersama: Pepaya Kurangi Angka Kemiskinan di Aceh". Kompas. Diakses tanggal 13 February 2021.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  13. ^ mhd (8 April 2009). "Ekonomi: Malaysia dan NAD Bangun Kawasan Migas". Kompas. Diakses tanggal 13 Februari 2021.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  14. ^ HAN/INK/WHO (13 Mei 2011). "BRR Masih "Berutang": Korban Tsunami Mentawai Memanfaatkan Genangan Air". Kompas. Diakses tanggal 13 Februari 2021.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  15. ^ Karim, Abdul Gaffar; Hanif, Hasrul; Arti, Wigke Capri, ed. (2014). State of Local Democracy Assessment in Indonesia (PDF). Yogyakarta: Polgov Press. hlm. 117. ISBN 978-602-14532-7-8. 
  16. ^ Bakri (5 March 2012). Bakri, ed. "Sekda Aceh Besar Jalankan Tugas Plh". Tribunnews.com. Diakses tanggal 12 Februari 2021.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  17. ^ "LANTIK PJ BUPATI/WALIKOTA". ANTARA. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-02-27. Diakses tanggal 2021-02-14. 
  18. ^ a b Dinamika, Yarmen. "Shalat Jenazah Bukhari Daud, Mantan Bupati Aceh Besar, Diimami Putra Tunggalnya". Tribunnews.com. Diakses tanggal 12 Februari 2021. 
  19. ^ a b Putra, A. (11 Februari 2021). "Bukhari Daud, Mantan Bupati Aceh Besar Tutup Usia". BERITAKINI.CO. Diakses tanggal 12 Februari 2021.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)
  20. ^ Dinamika, Yarmen (11 Februari 2021). "Meninggal di Rumahnya, Ini Sakit Bukhari Daud Mantan Bupati Aceh Besar". Tribunnews.com. Diakses tanggal 12 Februari 2021.  Parameter |url-status= yang tidak diketahui akan diabaikan (bantuan)