Air Guci

Busana/Pakaian adat Suku Banjar dengan bahan dari kain AirGuci.

Air Guci ― Sulam Arguci merupakan salah satu kerajinan tangan bahari (tua/lama) biasanya berupa kain khas Banua Banjar yang telah popular sejak ratusan tahun silam. Air Guci bukanlah sekedar kain biasa, melainkan punya sejarah keberadaannya yang begitu istimewa. Bagaimana tidak, hanya penguasa Kerajaan Banjar saja yang dapat mengenakan kain Air Guci. Masyarakat Banjar Kuala lebih sering menyebutnya Erguci. Air Guci tak hanya sekedar busana biasa, melainkan simbol kain kehormatan Kesultanan Banjar. Hanya ia dan dan keluarganya yang diperbolehkan mengenakan Air Guci. Kesakralan kain Air Guci kini kian luntur, seiring upaya pelestariannya oleh masyarakat Banjar. Mulai diberdayakan kerajinan Air Guci untuk menyelamatkannya dari industri tekstil yang beragam[1].

Sejarah Air Guci

Menurut kisah dalam budaya tutur masyarakat Banjar yang secara turun-temurun terus dijaga, konon arguci merupakan simbol kemewahan pembesar kesultanan Banjar dan para pagustian (bangsawan/keluarga kerajaan).

Pada kejayaan kesultanan Banjar, keindahan Sulam Arguci (payet) yang rata-rata dikerjakan oleh anak perempuan dan ibu-ibu rumah tangga ini telah menghias baju-baju kebesaran yang dipakai oleh raja-raja Banjar. Selain juga mempercantik dinding-dinding istana, bahkan sampai ranjang para sultan juga tidak luput dari sentuhan arguci dengan motif beragam yang umumnya mempunyai pakem yang melekat.

Sepertinya tradisi dan kebiasaan lingkungan istana Kesultanan Banjar yang selalu menjadikan arguci sebagai elemen penting dan utama untuk membangun estetika di berbagai kepentingan dan keperluan estetis kesultanan sejak ratusan tahun yang lalu dan inilah akar dari ciri khas dekorasi pelamainan, ragam hias pakaian adat dan juga hiasan tradisional khas Banjar.

Sebagai produk budaya tradisional, arguci juga tidak terlepas dari beragam mitos yang menyertai dan sebagian di antaranya masih diyakini masyarakat Banjar. Salah satu mitos yang paling banyak diketahui umum adalah baju kebesaran untuk raja/sultan Banjar yang harus berwarna kuning dan wajib berhias arguci. Mengapa harus kuning, kalau dirunut dari tradisi masyarakat Melayu secara umum, warna kuning dimaknai sebagai lambang/simbol kemakmuran. Artinya secara logika siapapun yang menjadi raja akan berusaha untuk membawa rakyatnya kepada kemakmuran.

Saat ini kain Sulam Arguci sudah banyak digunakan oleh masyarakat umum banjar, dan biasanya digunakan pada prosesi pernikahan adat Banjar atau bentuk acara/hajatan Urang Banjar, khususnya yang menggunakan pelaminan atau panggung,

Motif

Adapun motif dari kerajinan Air Guci bermacam - macam yaitu motif gigi haruan, halililpan, pucuk rabung. Selain itu Air Guci menggunakan payet, di masa lalu payet yang digunakan adalah payet tembaga, tetapi karena tembaga susah di dapat, Air Guci dimasa kini menggunakan payet dengan bahan sintetis yang mudah didapat dan lebih ringan untuk dipakai.[2]

Referensi

  1. ^ "Keindahan Air Guci, Kain Kehormatan Raja Banjar Kian Ditelan Zaman". merdeka.com (dalam bahasa Inggris). 2021-09-10. Diakses tanggal 2023-02-12. 
  2. ^ Agency, ANTARA News. "Pekan Gawai Dayak IX Sintang wujud nyata untuk memajukan budaya nasional". ANTARA News Kalimantan Barat. Diakses tanggal 2023-02-12.